"O ....," ha ..."
SADU, DIA MENCARIMU!".
Oleh : A.W. al-faiz.
Lamba Sade".
meninggalkannya.
Pada larut suatu malam yang telah kantuk.
Dan,
 "Lamba Sade"
       Pada suatu hari yang hujan.
"Ha ..."
"O ...," katanya, dengan lenguh panjang.
Kata sang kekasihnya yang menunggu dirinya di pintu itu. Pada sebuah bab dari bangunan yang eksentrik seakan Piramida itu, hanyalah rumah di pedesaan yang pelosok dan dingin bagi orang-orang desa yang telah lama berhati beku oleh kemajuan zaman.
"Ha ... "
"O ...,"," katanya, dengan lenguh panjang.
Sadu dia mencarinya, kata kekasihnya, di dalam hatinya, kepada kerinduan terhadap lelaki itu, yang berambut telah semuanya putih bagai jubah seorang rahib pendeta.
Dia, selalu merasakan kerinduan yang abadi, menghangatkan kesedihannya, seperti setumpuk unggun yang nyala apinya dari kayu-kayu yang telah banyak rapuh. Dan pada suatu malam dia meneteskan anggur wine, di bibirnya telah beku dan mengering oleh dingin yang ekstream.
Cita, ingin memeluknya, merangkul dan merasakan begitukah seorang yang telah lama di tinggal "Lamba Sade" lelaki yang tak pernah ada sebelum dia membaca kegembiraan pada sebuah kitab arwana. Yang di letakan dalam nirwana meja Barata.
"Ha ... "
O ...,","
 katanya, dengan lenguh panjang.
Dan menghitung bilah-bilah kayu-kayu yang mengering dan rapuh, dari dirinya, yang renta. -
Sadu, dawa, tirga, Tirta.
B. Lampung, 10 Febuari 2024.
A.W. al-faiz.