Kabut Pagi Hari.
0/
Tampaknya waktu tak dapat aku lihat
Hanya nyana arloji atau perbedaan siang
Atau malam -
Apakah dia bergerak detak pada tubuh dan ruhku.
Dan, waktu dalam kedip digital pijar lampu
1/
Waktu?
Atau dia berada pada ruang inderawi yang melihat realitas wujud?
Tapi, kukira aku terhubung dalam proyeksi
Wujud-Nya.
Mungkin sang kesadaran tak benar-benar berada di batas, realitas inderawiku - baik rasa yang mungkin luput kusimak dari kehadiran-Mu.
Mungkin kesadaranku hanya terhubung
2/
Dan -
Pada suatu pintu yang memasuki cintamu
Sebagai ruang dengan batas yang sublim
Tabir ruang pada dinding-dinding maghlighai
Semu.
Dalam rahim yang tak hendak kulepaskan -
Nyatanya, aku tetap berjalan ke rahim yang selanjutnya pada ruas sisi dan sudut bumi -
Engkau berdiri dalam cerita. Sejarah kaummu -
Sebagai manusia yang lainnya.
Mungkin ada hikmah setetes untuk dapat
Ku tempuhi kembali safirku - mengejar bayang-bayang ilusi kabut pagi hari.
Mungkin ada yang engkau maknai sebagai pertemuan?
- mungkin ini suatu jawab dari ruang yang kuketuk - menatap dahaga pada bibir kering. Selakasa gelas jernih senyummu - menjadi mata air membasuh fatamorgana.
Dan lelah.
B. Lampung, 2023.
A.W. al-faiz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H