Han HALAKA.
- buat, RG.
/0
Kepadamu, aku tulis puisi ini
Dan, semoga arwahmu tenang :
Di alam sana.
Dengarlah,
Han HALAKA
Itu,
dahulu.
Derajat nenek moyangku
Seorang kera penjual koran tanpa sepatu
Tanpa, hak-hak di jalan hidupnya.
Percayakah, kata; kata; busuk ini
"Sungguh!" Aku memang berdusta!"
Sungguh!
Aku, hanyalah;
Lelaki yang lahir di dalam ruang perzinahan yang dizinkan oleh yang di atas plafon, sekor biawak yang sedang bertelur. Menunggu, saat tepat untuk sebuah, agresi.
Di sebuah kelas, universitas fakultas ---
Pada jurusan dagang sapi, dan had.
Lelaki, dengan dekap tangan, itu
Membawa, do'a di dalam:
sebuah buku evolusi
Dewa Charles : Dalam Origin Of Law.
Di laut lepas udara lepas
Menenggelamkan mimpi daratan
Han,
apakah kau dengar? :
Derap yang begitu,
Cepat memburu: debar ombak jantungmu
Menerpa semilir bisikan seekor anjing
Di atas pasir pantai parang tritis
Menuliskan sajak derita
Pada terumbu batu karang
Dan, biduk cintamu berarak angin
Di hamparan layar;
Di lautan yang karam.
Saat,
Di tengah fajar buta - saat safar
Dari para musafir itu,
Lelah terlelap. Di atas gundukan pasir pantai.
/1
Han,
Kita dididik untuk megikuti siapa?
Mengikuti, nabi?
Nabi yang mana?
Terkadang, aku tak lagi tahu, mana
Nabi mana Beni
Han?
/2
Han, HALAKA
Itu,
dahulu.
Derajat nenek moyangku:
Dengar saja.
/3
Sepatu para bidak
Prajurit yang mejadi alat kekuasaan
Di tengah-tengah pasar, riuh menjual
Kaset berisi rekaman,
bunyi derap sepatu bersuara sisik jantung. Tanpa hak.
Bagi, hidup dan kehidupan.
Kita, menjadi babu dan buruh
Di istana sendiri. Mendelegasikan
Panorama luka dan nyeri.
/4
Tanpa,
Kancing,
Dan, busana wanita. -
Tanpa tari gemoy.
/5
Tegakkanlah, saja,
Hak-hak wanita berhak tinggi itu,
Sesuka hatimu.
Sebab, lelaki hanya,
Mengenal bahwa, tak ada jawaban
Bagi keadilan, di masa yang berlalu -
Di balik sepatu berhak;
Mereka berhak untuk di urusi.
Bukan, kaki-kaki
Dengan sepatu, -meski itu adalahÂ
Hak bagi pemakainya;
:
Sepatu yang cemar, adalah
Sepatu, berhak, senantiasa, berbudi luhur;
Yang mengjnjak penderitan, dan mengantungi dalam brankas,
Kotoran manusia. Selayaknya menyimpan emas.
Bandar Lampung, 2023.
A. W. al-faiz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H