Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apa Kepada Cinta (Bayangan Rindu Padamu Bagai Lentera)

11 Oktober 2023   07:47 Diperbarui: 11 Oktober 2023   07:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kepada Cinta. (Bayangan Rindu Padamu Bagai Lentera).

Apakah itu cinta?
apakah dia yang pertama di awal menjumpai?
Dalam sedih?
Dalam tawa?
Dalam doa, harapan, dan juga pintamu padaku?

"Itukah cinta?"

atau, itukah cinta pertama?
Apakah engkau lahir karena cinta, atau birahi nafsu saja? :
Dari sekian banyak permainan:
Ayah dan Ibu ketika malam segera larut dalam kekentalan penderitaan.

Benarkah cinta tanpa logika?
Seperti matematika aku pun telah mengukur cinta, dan jarak rinduku padamu; di dalam ruang hatiku; meski, kita tak pernah tahu kapan akan berjumpa di suatu waktu: dimana engkau menggapai rindu, dan kutemukan hangat matahari pagi di senyummu.

Maukah, engkau kucintai?
Tapi, baiklah, biar sabar aku tunggu dulu, semua, yang dapat aku tumpahkan bagai air pada kening dan pipimu; yang merah merona;

Tapi,
 karena apa itu cinta, sebagai jawaban dari yang kita mengerti sebagai yang bukan cinta?

Panorama, rembulan, bercahaya, memeluk insan asmara;

Api lilin, menjadi pelita pada senja;
Redup menuntun langkah menapaki susur dari jejak nyawa;

Ruh imajinasiku, bagaikan air mengalir menempuh untuk menemu kulah, telaga

Tempat,
Dulu orang mencari air; dari dermaga dahaga;

Ruh imajinasiku, mencari dirimu : pada tanda kehidupan; dan tata surya; bintang-bintang di langit yang berkelip.

--- sebab, tentu aku ingin pulang menuju rumah yang dulu pernah kita jadikan atapnya untuk berteduh dalam mimpi, menggapai langit malam hari.

Bayangan rindu padamu, bagai lentera yang menumpu mataku kepada jalan menuju tuhanku.

"Tuntun, aku pada hatimu!"

Pada, jasad tua yang bertumpu pada tongkat dalam kisah nabi, Musa, A.S. di dalam kitab suci yang kita baca bersama maknanya bagi cinta di dalam hati.

Bandar Lampung, 11 Oktober 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun