Ha ha ... "hantu!". *
Ha ha ... "hantu!"
(Sambil telunjuknya menunjuk pohon besar).
Po ... po ... "pocong!"
Hantu?
Kerana apa, kenapa?
["Karena, pikirannya, bisa macet, tak mampu menyimpulkan panorama yang dilihatnya sebagai sesuatu yang logis dan masuk akal."].
Ha ha ... "hacim!"
Aduh!, Lalu, ...
Tut! ... tut! ...
Dia kentut, karena ketakutan.
Ha ha ... "ha ha ha ... ha!"
Seorang tertawa dalam dengan keras di dalam kesunyian antikuitas, pada akhir sejakala, yang menyembunyikan dirinya, dari kerumunan keramaian dan pengelihatannya.
Hantu?
(Bukan).
"Sebab, aku tak pernah mendengar hantu tertawa."
Ha! ... ha ... ha ... ha ...
A.W. Al-faiz
Halawi.
Bandar Lampung,
2 Oktober 2023.
Catatan, bawah :
*Kurang interaktif, kurang gaul, kurang informasi, serangakain pesan infirmasi yang terhambat dicerna kemampuan olrh kemampuan otak, terhadap potensi materi dan nilai, sebagai tujuan utama yang dituju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H