Ha ha ... "hantu!". *
Ha ha ... "hantu!"
(Sambil telunjuknya menunjuk pohon besar).
Po ... po ... "pocong!"
Hantu?
Kerana apa, kenapa?
["Karena, pikirannya, bisa macet, tak mampu menyimpulkan panorama yang dilihatnya sebagai sesuatu yang logis dan masuk akal."].
Ha ha ... "hacim!"
Aduh!, Lalu, ...
Tut! ... tut! ...
Dia kentut, karena ketakutan.
Ha ha ... "ha ha ha ... ha!"
Seorang tertawa dalam dengan keras di dalam kesunyian antikuitas, pada akhir sejakala, yang menyembunyikan dirinya, dari kerumunan keramaian dan pengelihatannya.
Hantu?
(Bukan).