Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjaka Rapuh

12 Agustus 2023   01:25 Diperbarui: 12 Agustus 2023   02:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Cerita ini, fiksi,  dan imajinasi belaka, mohon, maaf bila ada kesamaan, motif, maupun pola, dan tokoh, dalam penokohan, serta nama, yang sama, sama sekali bukan dimaksudkan untuk menyingung, perasaan melainkan, sebagai hiburan belaka adanya."

PERJAKA RAPUH.

cerpen.

"Sang Pria Perjaka Berkata; "Majikan Tolong!" Aku, Lapar, Ambilkan Roti!" Ucapnya mengejek Suminah."

     Suminah Poli, disekap oleh majikannya, di sebuah gubuk sebagai gudang, yang kemudian, menjadi seperti halnya, drama penyanderaan dalam cerita film bergenre crime, di setiap layar LK 21. Yang menayangkan film-film barat Amerika, dengan berbagai konsep judul, juga alur dari cerita yang beranjak dari segala macam produk ideologis para neo-kolonialisme barat. 

       Setidaknya, suaminya, merasa tenang, saat melihat, nyonya Raka Gala, tidak terlalu, cemas saat suaminya, membujuk, atas hilangnya Suminah, dengan imbalan, mencari gantinya, nanti setelah lebaran berlalu, dan berangkat menuju perkampungan untuk mencari PRT (Pembantu Rumah Tangga) yang baru, yang mau bekerja, kepada mereka. 

      Setelah, satu Minggu berlalu, dan kerap beberapa kali Tuan Raka Gala, menidurinya di dalam gubuk gudang itu, Suminah tampak dengan raut, wajah yang lebih kusam dari kambing. Yang, hendak di sembelih saat hari raya Iedul Qurban. Suminah, kelaparan, setelah, satu rite, permainan ranjang, oleh tuan Raka Gala, yang melampiaskan hasrat birahinya yang binal tersebut, kepada Suminah Poli. Dan, lalu, berkata!; kepada tuan Raka Gala,

"Majikan Tolong!" 

"Aku, Lapar Ambilkan Roti!" Suminah berkata lemas.

Lalu, kemudian, sang tuan Raka Gala, menirukannya dengan senyumnya yang mengejek, Suminah.

Sang Pria, Perjaka Berkata; "Majikan Tolong!" Aku, Lapar, Ambilkan Roti!" Ucapnya mengejek Suminah.

     Seperti kesetanan, dan juga setidaknya, Mungkin tuan, Raka Gala, berpikir, dirinya, selama ini telah menghabiskan waktu, untuk mengatur bagaimana, dia dapat meniduri Suminah, sepuas-puas nafsunya. Setelah, tuan Raka Gala, merasa marah dan emosi, ketika Suminah poli, mengucapkan, penolakannya, untuk mau di ajak bercumbu dan tidur di ranjang nyonya saat, nyonya keluar kota. Saat, itu, juga tuan Raka Gala, menyekapnya dalam gubuk gudang di belakang rumahnya.

-----------------------------

    Segelas kopi, yang tandas oleh dahaga, dan sebungkus rokokurah, dan, kemudian aku kembali berpikir sejenak, entah apakah lagi yang harus aku tulis pada layar ketik samartphoneku, yang kecil ini, dari kelanjutan cerita itu. Persisnya, aku memang belum pernah menulis cerita yang baik, dalam bentuk plot kisah demikian dalam bentuk cerita pendek. Setelah, juga kemarin sore kami merasa kelelahan, "aku, dan Ro' " mendiskusikan konstelasi dari musim kampanye politik, di dalam agenda pemilu jelang pencoblosan di bilik suara di tahun-tahun politik tahun ini.

     Terutama, setelah maraknya kasus-kasus belakangan, yang salah satunya adalah, ujaran kebencian, atau hate speech, dalam istilah bahasa inggrisnya, dalam istilah delik, undang-undang di dalam hukum negara. Mungkin, bukanlah, suatu perkara kecil, untuk bisa diadili, sebagai suatu subtansi dari keberadaan hukum dalam penegakannya, secara suprematif hukum. 

    Konon, bagiku, aku telah mati dalam suasana kegelisahan yang membuatku, terkena disentri dan hanya bisa makan sepotong roti, lunak, dengan memaksakan menelannya, karena selera makanku telah hilang bersamaan, dengan berbagai dilema perkara rumit dalam imajasiku, menulis dan melukiskan relaitas dalam relaisme tulisan cerita-cerita pendek, dari beberapa hal yang fiktif, sebagai minatku sendiri, dalam mencatat lengamatanku dalam ruang pengamatan, pada setiap objek lama, atau bahkan yang baru aku kenal, hanya dalam rangka, untuk kurang lebih, meningkatkan kesadaranku pada suatu alur kehidupan dan dimensi di dalamnya, dan juga, dalam hal mengisi waktu, senggangku saja.

   Setelah melihat waktu, aku berhenti, dan meninggalkan ruang kamar kerjaku.

   Suminah, hanya tinggal, ambisi dari suatu interprestasi dari makna tentang gejala politik, yang lahir dari berbagai macam peristiwa di dalam kenyataan sudut pandang mata, ke arah yang tentu arah ini, yang ada pada benak kesimpulanku, dan akhirnya mengambil langkah untuk berlalu, meninggalkan semuanya. 

"Aku mengambil beberapa potong roti, biskuit, dan pergi menuju stasiun mimpi, berikutnya.

Bandar Lampung, Sabtu 12 Agustus, 2023.

El-Sabat, (A.W.E.).


* "Cerita ini, fiksi,  dan imajinasi belaka, mohon, maaf bila ada kesamaan, motif, maupun pola, dan tokoh, dalam penokohan, serta nama, yang sama, sama sekali bukan dimaksudkan untuk menyingung, perasaan melainkan, sebagai hiburan belaka adanya." 




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun