PERAWAN (I)
Dari bumi yang kusebut rindu
Aku melihat perawan seperti Elang
Matanya tajam memandang
Seperti ingin memangsa sendiriku
Aku yang berdiri tegap membisu
Mata beradu Elang berputar lapar
Sayapnya membentang geram
Seperti ingin menyeret ragaku
Dari bumi yang kusebut rindu
Aku melihat harapan seperti langit siang
Birunya kedamaian
Seperti ingin melindungiku
Aku yang gersang menghitam
Pori beradu panas menyengat lahap
Terangnya terhampar lepas
Seperti ingin menyinari jiwaku
Dari bumi yang kusebut rindu
Aku melihat perawan di bentang harapan
Tersenyum lalu diam
Diam lalu diam yang kusebut pertanyaan
Probolinggo, 21-09-2014
PERAWAN (II)
Mendekatlah perawan
Musim telah hampir hujan
Kegersangan akan segera usai
Kau pasti kedinginan
Mendekatlah
Jika tiba peluklah segera
Aku ada sebiji benih bunga
Jika tiba mari tanam bersama
Di lahan sejengkal yang kupunya
Bukan Edelwise tapi cukuplah hingga umur senja
Bukan Melati tapi cukuplah untuk meromantiskan hati
Maka mendekatlah perawan
Sebelum hujan pertama datang
Probolinggo, 22-09-2014
PERAWAN (III)
Bunga bersari emas
Berikan untukku
Ingin kurangkai menjadi mahkota
Bunga bertangkai baja
Berikan untukku
Ingin kuasah menjadi pedang
Wahai perawan
Kau yang bersari dan bertangkai
Kabulkan kalbuku
Pintaku di bait lalu
Aku pasti gagah
Mahkota di kepala
Pedang tersungging wibawa
Lalu kurajai semua denganmu, perawan
Probolinggo, 23-09-2014
PERAWAN (IV)
Ada sebuah cincin di jiwaku
Maukah kau menjadi empunya
Ia melingkar berkilau iman
Bermuka berlian keanggunan
Jika kau mau
Kemarilah dengan tersenyum malu
Beriaslah kesederhanaan dan kejujuran
Jika sudah
Jemarimu yang masih memerah
Telapak tanganmu yang masih tersering basah
Kucumbu sebentar
Dan kuberikan cincinku yang tak berpasang
Bondowoso, 24-09-2014
PERAWAN (V)
Kueja keningmu yang masih tak berkerut
Esok pasti disana kau kukecup
Kukaji pundakmu yang masih lurus
Esok pasti disana kau kupeluk
Sebelum esok itu
Pasrahlah kau kusanjung mesra
Lewat seluas umpama
Tentang menawanmu yang setara jagat raya
Bondowoso, 25-09-2014