Mohon tunggu...
Ahmad taufik murtadho
Ahmad taufik murtadho Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa uin sts jambi

Sebaik baik manusia iyalah dapat membantu sesama manusia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri Rumahan Tempe Pak sunardi di Kebon Kopi, Kota Jambi

5 September 2020   17:09 Diperbarui: 9 September 2020   22:55 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempe merupakan makanan khas asli indonesia sudah lama menjadi maknan konsumsi yang banyak di gemari di samping murah, rasanya yang gurih, tempe juga di anggap memiliki nilai nutrisi tinggi, karena adanya proses fermentasi dalam pembuatannya. 

Karena banyak disukai, maka tempe memiliki ekonomi yang cukup menjanjikan bagi pembuatannya. Tidak heran apa bila kemudian tidak sedikit masyarakata yang menekuni home industri pembuatan tempe sebagai pegangan hidupnya.

Pak Sunardi (54) seorang pensiunan PNS, memilih usaha tempe daripada bekerja di perusahaan yang sudah bertahun-tahun dilakoninya. Ketertarikan usaha tempe diawali dengan penilaiannya terhadap potensi ekonomi tempe, yang dianggap memiliki purspek baik bagi perekonomian keluarganya. 

Pak Sunardi kemudian berupaya mendapatkan ilmu tata cara pembuatan tempe dengan belajar melalui saudaranya yang juga memiliki usaha tempe belajar dari saudaranya ini lah kemudian Pak Sunardi mulai memperktekan ilmunya di rumah. Semula, tempe tempe yang di buatnya belum menunjukan tanda-tanda keberhasilan bahkan mengalami kegagalan.

Bapak tiga anak ini, rupanya tidak mau menyerah, dia melakukan uji coba, sembari mencari penyebab kegagalan dalam pembuatannya. Menurutnya, kegagalan di akibatkan oleh peragian yang masih kurang tepat takaran dan tempat peragian yang di lakukan pada tempayan pelastik. Peragian yang menggunakan tempayan pelastik, menurutnya, berakibat pada bahan kimianya larut, bersamaan dengan ragi.

Dari kesimpulannya, Pak Sunardi kemudian mencoba dengan melakukan peragian dengan menggunakan tempayan non plastik. Tempayan yang dipilih adalah tempayan yang terbuat dari anyaman bambu (tampah). 

Rupanya percobaan dengan menggunakan tempayan bambu ini, kemudian berbuah manis. Tempe yang dibuatnya bisa menjadi tempe yang sempurna dan siap untuk dikonsumsi. Dari sinilah kemudian Rustanto memulai usaha home industri pembuatan tempe. 

dokpri
dokpri
Tidak disangka sebelumnya oleh Pak Sunardi, bahwa tempe buatannya ternyata mendapat sambutan baik dari tetangga sekitar. Merasa tempe buatannya mendapat sambutan baik, Pak Sunardi beranggapan tempe bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan keluarga.
Awal produksi dimulai dengan pembuatan tempe berbahan dasar kedelai sebanyak 5kg. 

Pada hari berikutnya jumlah produksi terus mengalami peningkatan. Tampilan dan kemasan yang menarik, serta rasanya yang gurih, berbuntut pada permintaan warga sekitar juga mengalami peningkatan. Selanjutnya pemasaran diperluas, dengan menjual tempe ke pasar dan rumah makan. Yaitu pasar kebon kopi, rumaah makan dan rumah makan.

Berbarengan dengan lancarnya penjualan tempe produksinya, Pak Sunardi kemudian menyatakan Pensiun dari PNS Parkir. Mulai saat itulah (tahun 2015), Pak Sunardi kemudian fokus pada usaha pembuatan tempe. Dan sampai kini tempe buatannya sudah menembus pasaran Kebon Kopi dan rumah makan Kebun Handil. 

Pak Sunardi mampu memproduksi sampai 10kg kedelai dalam sehari. Seiring dengan perjalanan waktu, persaingan yang makin ketat, kini produksi tempe Pak Sustandi dalam satu harinya bertahan pada angka 8-- 10kg bahan baku kedelai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun