Mohon tunggu...
Takbir Abadi
Takbir Abadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Senang berpetualang, menulis cakrawala, ingin membuat sebuah perubahan untuk semua dan mari bermanfaat.

cinta itu berjejak, harus punya bukti sejarah, energinya mengalir lewat keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kebun Komunitas dari Semak Belukar Menjadi Pusat Kreativitas Pemuda

27 Mei 2024   13:30 Diperbarui: 27 Mei 2024   19:56 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kalian mendengar adanya sebuah lahan penuh rerimbunan rawa-rawa atau semak namun pada akhirnya diambil alih dengan alasan pembukaan lahan baru, atau semak belukar yang tak terjamah tiba-tiba di sana berdiri gagah pabrik batu bara dan sebagainya.

Tapi kali ini penulis mendapatkan hal berbeda. Beberapa anak muda yang mengatasnamakan dirinya perkumpulan Toalean sebuah wadah yang isinya banyak komunitas dan organisasi yang memiliki visi yang sama terkait keberlangsungan bumi dan isinya. 

Ruang diskusi juga disedikan di Maros Point (Dok. Yohanes)
Ruang diskusi juga disedikan di Maros Point (Dok. Yohanes)

Kesadaran anak muda itulah yang membuat mereka mengubah sebuah semak belukar yang dahulunya adalah rumpun bambu yang tak terjamah.

Mereka mengubah sekejap tempat itu menjadi kebun yang menarik. Pada bagian tengah ada ruang diskusi, dapur, bahkan di pojokan ada kamar kecil untuk buang air. Semuanya dibangun dengan kolektif kolegial. 

Sejak peresmian beberapa waktu lalu, penulis turut hadir. Mereka membuka beberapa kelas, membuka diskusi lingkungan dan doa bersama. Mereka menamainya Maros Point.

Sejak saat itu, barulah penulis kembali berkunjung untuk kali kedua pada Sabtu 25 Mei 2024. 

Seorang yang mengaku dirinya adalah petani membuat workshop pertanian alami. Namanya adalah Yohanes Benediktus seorang anak muda yang hobi bercocok tanam. Penulis akhirnya ikut dalam kegiatan itu.

Yohanes menjadi pembicara, ia tidak langsung masuk pada pokok pembahasan. Yohanes bertanya pada para peserta terkait permasalahan apa saja yang ada di sekitar mereka khususnya terkait masalah pertanian. 

Praktek Pertanian Alami di Workshop Maros Point (Dok. Yohanes)
Praktek Pertanian Alami di Workshop Maros Point (Dok. Yohanes)

Beberapa persoalan dalam diskusi pertanian seperti pengalihan lahan, pupuk, sumber air, irigasi, harga, dan masih banyak lagi. 

Memang pada dasarnya, pertanian adalah etalase terpenting di negeri ini. Bayangkan saja ketika pertanian itu lumpuh, siapa yang akan menghasilkan beras di negeri ini, siapa yang akan menyediakan sayur-sayuran untuk ibu-ibu agar masakannya lengkap, gula, merica dan masih banyak lagi sumber pertanian di negara kita. Penulis tidak akan membahas itu. 

Menurut Yohanes, pertanian lebih dahulu muncul daripada ilmu pertanian itu sendiri yang diajarkan di kampus-kampus negeri, sehingga muncullah istilah pertanian alami.

Dari penyajian workshop kemarin pertanian alami ditopang 3 pilar yaitu tanaman, tanah, dan manusia. ketiganya saling merangkul walaupun demikian manusia tetap menjadi pemegang kendali.

Maka keberlangsungan pertanian alami ujung-ujungnya ada pada manusianya. Workshop kemudian berlanjut dengan praktek menanam. Sayangnya penulis tidak sempat ikut, berburu kegiatan selanjutnya. 

Kebun Komunitas yang diisi oleh beberapa varian tanaman (Dok. Takbir)
Kebun Komunitas yang diisi oleh beberapa varian tanaman (Dok. Takbir)

Kekhawatiran kita tentang ilmu pertanian tentu tak boleh terlalu panjang. Nyatanya pertanian alami masih digunakan oleh beberapa kalangan untuk bertani, tapi bukan berarti pertanian modern adalah langkah yang keliru, tapi tergantung dari masyarakat, pertanian apa yang ingin mereka gunakan.

Maka tentu tempat yang digunakan oleh Yohanes dan kawan-kawan adalah wadah yang paling tepat untuk belajar berbagai macam sistem pertanian.

Ke depan kata Yohanes tempat yang mereka namakan Maros Point itu akan menjadi laboratorium alam untuk bereksperimen dengan bahan-bahan alami dan terbarukan.

Mereka juga bisa melakukan uji coba bahkan bisa mempelajari tentang masalah Sehingga Kebun komunitas di Maros Point ini akan menjadi sentral belajar bagi pemuda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun