Mohon tunggu...
Takbir Abadi
Takbir Abadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Senang berpetualang, menulis cakrawala, ingin membuat sebuah perubahan untuk semua dan mari bermanfaat.

cinta itu berjejak, harus punya bukti sejarah, energinya mengalir lewat keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patrol Sahur, Sebuah Pertunjukkan Menakjubkan yang Harus Mendunia

26 Mei 2019   22:10 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini di ambil atas izin Ketua Panitia Gema Ramadhan III di pakere salah satu daerah yang ada di Maros

  Saya harus memulai dari India. Negara dengan penduduk terbanyak setelah China. Ada banyak karya di sana, termasuk tarian yang kerap kali kita saksikan pada film Bollywod di layar kaca. Industri karya di India teramat mulus, karya-karyanya maju beringan. Maka tak jarang kita saksikan tarian India menjadi tarian khas di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Menariknya tarian India tak hanya menampilkan gerak tubuh, unsur rasa, pula narsisme.Tapi lebih dari itu.   

Tapi kita tidak akan berbicara panjang tentang India dengan keberhasilan yang telah ditorehkan.

Indonesia juga punya lebih bahkan dari itu. Sebuah seni yang membuat decak kagum bagi siapapun yang menjadi saksi. Patrol Sahur, sejarahnya mengalir dinamis. Ia berangkat dari kebiasaan orang-orang muslim membangunkan sanak tetangga untuk bangun sahur jika bulan Ramadhan tiba.

Dengan menggunakan kentongan bambu, jerigen air dan alat tabuhan seadanya, para remaja berkeliling kampung untuk membangunkan warga dikala waktu sahur.

Mereka menabuh alat musiknya dengan kompak sambil berteriak "sahur-sahur" membangunkan warga untuk sahur. Mereka masuk ke gang-gang kecil atau keliling di sebuah wilayah sambil membuat alunan musik yang sangat enak untuk didengarkan dan datangngnya hanya setahun sekali.

Sudah tradisi, dari dulu kalau setiap Ramadan ada patroli sahur. Untuk membangunkan warga, agar tidak telat sahur. Kelompok musik patroli ini biasanya berkeliling kampung mulai pukul 01.30 WIB sampai 03.00 waktu setempat.

Tradisi ini kemudian berkembang menjadi sebuah  karya seni. Di Indonesia ada beberapa daerah yang giat melakukannya misalnya Bayuwangi, Pandalangun, dan Maros.

Patrol sahur adalah  musikalitas jalanan pembangun sahur yang termashur. Ia memiliki unsur seni tingkat tinggi. Gerak tubuh yang sangat ketat, dan unsur musik yang harus sesuai dentuman irama. Maka tak heran patrol sahur merupakan sebuah unsur seni yang kompleks yang mampu menggabungkan tiga makna seni wirasa,wirama, wiraga.

Foto ini di ambil atas izin Ketua Panitia Gema Ramadhan III di pakere salah satu daerah yang ada di Maros
Foto ini di ambil atas izin Ketua Panitia Gema Ramadhan III di pakere salah satu daerah yang ada di Maros

Musikalitasnya lahir dari lagu-lagu yang santai, tak ada unsur sara dan diskriminatif yang dimainkan. Mengalir saja, siapapun bisa melihatnya.

Pemainnya datang dari anak-anak sampai remaja. Berpadu dalam setiap gerak. Wirasa dan wirama beriringin, bersatu menghadirkan seni yang utuh.  

Melodinya juga sangat bersahabat, beberapa lagu hitz kemudian dikembangkan dengan lirik berbeda. Lahirlah sebuah karya seni dengan pertunjukkan yang selalu diakhiri dengan tepuk tangan dari penonton. Karya seni menakjubkan yang wajib dunia ketahui.

Patrol sahur juga memperkenalkan kepada dunia bahwa islam adalah agama riang gembira, bukan agama yang mengantarkan  ketakutan. Islam tak sekaku itu, lagunya banyak mengandung unsur kebaikan. Mengajak bangun sahur, shalat, dzikir, bahkan tak letih letih padukan shalawat dengan dendang irama islami.

Secara tak langsung, patrol sahur menampilkan sebuah proses dakwah yang dinamis. Ini adalah satu di antara sekian banyak cara untuk menegaskan kepada dunia bahwa islam adalah agama yang ramah untuk semua orang.

Patrol sahur tak hanya menjadi karya seni, tapi sungguh ini sebuah pertunjukkan besar.  Pertunjukkan yang tak hanya menjadi penghibur dari semua pasang mata, tapi bentuk penjelasan kepada setiap orang bahwa Islam adalah agama yang mencintai keceriaan.

Penulis; Ahmad Takbir Abadi,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun