Saya harus memulai dari India. Negara dengan penduduk terbanyak setelah China. Ada banyak karya di sana, termasuk tarian yang kerap kali kita saksikan pada film Bollywod di layar kaca. Industri karya di India teramat mulus, karya-karyanya maju beringan. Maka tak jarang kita saksikan tarian India menjadi tarian khas di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Menariknya tarian India tak hanya menampilkan gerak tubuh, unsur rasa, pula narsisme.Tapi lebih dari itu.  Â
Tapi kita tidak akan berbicara panjang tentang India dengan keberhasilan yang telah ditorehkan.
Indonesia juga punya lebih bahkan dari itu. Sebuah seni yang membuat decak kagum bagi siapapun yang menjadi saksi. Patrol Sahur, sejarahnya mengalir dinamis. Ia berangkat dari kebiasaan orang-orang muslim membangunkan sanak tetangga untuk bangun sahur jika bulan Ramadhan tiba.
Dengan menggunakan kentongan bambu, jerigen air dan alat tabuhan seadanya, para remaja berkeliling kampung untuk membangunkan warga dikala waktu sahur.
Mereka menabuh alat musiknya dengan kompak sambil berteriak "sahur-sahur" membangunkan warga untuk sahur. Mereka masuk ke gang-gang kecil atau keliling di sebuah wilayah sambil membuat alunan musik yang sangat enak untuk didengarkan dan datangngnya hanya setahun sekali.
Sudah tradisi, dari dulu kalau setiap Ramadan ada patroli sahur. Untuk membangunkan warga, agar tidak telat sahur. Kelompok musik patroli ini biasanya berkeliling kampung mulai pukul 01.30 WIB sampai 03.00 waktu setempat.
Tradisi ini kemudian berkembang menjadi sebuah  karya seni. Di Indonesia ada beberapa daerah yang giat melakukannya misalnya Bayuwangi, Pandalangun, dan Maros.
Patrol sahur adalah  musikalitas jalanan pembangun sahur yang termashur. Ia memiliki unsur seni tingkat tinggi. Gerak tubuh yang sangat ketat, dan unsur musik yang harus sesuai dentuman irama. Maka tak heran patrol sahur merupakan sebuah unsur seni yang kompleks yang mampu menggabungkan tiga makna seni wirasa,wirama, wiraga.
Musikalitasnya lahir dari lagu-lagu yang santai, tak ada unsur sara dan diskriminatif yang dimainkan. Mengalir saja, siapapun bisa melihatnya.
Pemainnya datang dari anak-anak sampai remaja. Berpadu dalam setiap gerak. Wirasa dan wirama beriringin, bersatu menghadirkan seni yang utuh. Â