Mohon tunggu...
Ahmad SyauqiFirdaus
Ahmad SyauqiFirdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sedang berproses menyelesaikan pendidikannya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Moderasi Beragama di Kegiatan Rutin Ratiban Dusun Pancuran

30 Januari 2025   09:17 Diperbarui: 30 Januari 2025   09:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ratib an (dokumentasi kelompok KKM)

Mahasiswa KKM UIN Malang menggelar kegiatan  "Moderasi Beragama Sebagai Pedoman Hidup yang Adil dan Seimbang" dalam rutinan ratib masyarakat dusun pancuran pada Rabu (15/01) di Masjid Al-Amin, Dusun Pancuran, Desa Karanganyar, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Acara ini dihadiri oleh sekitar 40 jamaah yang berasal dari masyarakat setempat.

Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Surat Yasin, Ratib Al-Haddad, dan shalawat bersama sebagai bagian dari tradisi keagamaan yang telah lama dilestarikan di daerah tersebut. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi kultum yang disampaikan oleh Ustadz Rouf, Ketua TPQ Babul Fatah, yang membahas pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Moderasi Beragama

Dalam ceramahnya, Ustadz Rouf menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah konsep menjalankan agama secara adil, seimbang, dan tidak berlebihan. Moderasi ini menuntut umat Islam untuk menghindari dua kutub ekstrem dalam beragama, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

*Ekstrem kanan merujuk pada sikap keberagamaan yang terlalu fanatik, seperti menganggap diri paling benar dan menyalahkan kelompok lain. Sikap ini sering kali menutup ruang dialog dan bahkan dapat menimbulkan konflik sosial serta perpecahan dalam masyarakat.

*Ekstrem kiri, di sisi lain, menggambarkan sikap yang terlalu longgar dalam menjalankan agama. Mereka cenderung mencampuradukkan ajaran agama dengan nilai-nilai lain tanpa dasar yang kuat, bahkan sampai mengabaikan kewajiban dalam Islam.

Ustadz Rouf mengajak jamaah untuk menghindari kedua sikap tersebut dan menjalankan agama dengan prinsip tawasuth (jalan tengah), tawazun (keseimbangan), dan i'tidal (keadilan).

Menghormati Kepercayaan Orang Lain

Dalam kultumnya, Ustadz Rouf juga menyinggung pentingnya menjaga sikap saling menghormati antarumat beragama. Ia mengutip ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-An'am ayat 108,

"Walaa tasubbulladziina yad'uuna min duunillaahi fayasubbullaha 'adwan bighairi 'ilmin"

yang berarti: "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan."

Ayat ini mengajarkan umat Islam agar tidak menghina kepercayaan orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian. Islam mengajarkan sikap tasamuh (toleransi) sebagai bagian dari ajaran rahmatan lil 'alamin, yang mengedepankan perdamaian dan saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat.

Pentingnya Guru dalam Mengaji

Selain membahas moderasi beragama, Ustadz Rouf juga menekankan pentingnya memiliki guru dalam belajar agama. Beliau menegaskan bahwa seseorang yang belajar agama tanpa bimbingan guru berisiko salah memahami ajaran Islam dan bahkan bisa tersesat.

"Mengaji tanpa guru bisa membuat kita salah jalan. Ilmu agama harus dipelajari dengan benar agar tidak keliru dalam mengamalkan ajaran Islam," ujarnya.

Beliau mengingatkan bahwa dalam sejarah Islam, banyak ajaran yang menyimpang akibat pemahaman yang keliru dan tanpa bimbingan ulama yang mumpuni. Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk belajar dari sumber yang kredibel dan mengikuti bimbingan para ulama yang memiliki keilmuan yang mendalam.

Harapan dari Kegiatan Ini

Kegiatan Ratiban ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Suasana penuh kekhusyukan dan kebersamaan terasa saat para jamaah berdoa memohon keberkahan dan keselamatan bagi seluruh masyarakat.

Melalui kegiatan ini, masyarakat Dusun Pancuran diharapkan semakin memahami pentingnya moderasi dalam beragama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap toleran, saling menghormati, serta menjalankan agama secara adil dan seimbang adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.

Dengan adanya kajian semacam ini, diharapkan kesadaran tentang pentingnya moderasi beragama dapat terus berkembang dan diamalkan oleh generasi mendatang. Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, dan ajarannya harus dipahami dengan bijak agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun