Mohon tunggu...
Ahmad Syauqi Abd. Razak
Ahmad Syauqi Abd. Razak Mohon Tunggu... -

Your regular joe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malaysia dan Indonesia Part II - Budaya: Klaim atau Menggunakan?

16 Desember 2009   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:55 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

To my Indonesian friends, I come in peace. Kindly refrain yourself from making inflammatory remarks/using profanities in your comments. Constructive criticisms in Bahasa/English are more than welcome…Thanks!

Tulisan ini adalah kesinambungan dari Malaysia dan Indonesia Part I.

*****************************************************************************************************************

Setelah beberapa bulan memanas, belakangan ini reda sudah isu-isu yang menggugat hubungan pasang surut dua negara bertetangga satu 'spesis', Malaysia dan Indonesia.

Meredanya isu-isu panas ini, menurut saya, mungkin disebabkan usaha kedua pemerintah untuk menjernihkan suasana yang sempat tegang (sampai ada yang menyerukan perang), dan juga peran media (terutamanya media 'sekali bebas, bebas sekali' Indonesia yang terkesan memanas-manaskan, manakala media Malaysia karena dikontrol pemerintah, lebih berhati-hati dalam melaporkan berita yang bersangkutan negara tetangga) yang sepertinya sudah kurang antusias untuk melaporkan hal-hal sensasi yang bersangkutan kedua negara.

Mungkin juga sudah mencapai titik 'fatigue', 'capek', Wallahualam.

Begitulah cara media di seluruh dunia bekerja, ibu bapak sekalian. Profit harus dijaga, berita sensasi harus sentiasa dikejar-kejar.

Sang Editor yang Maha Kuasa memilah berita mana yang harus diprioritaskan, mana yang harus di 'black out' kan.

Belum lagi kalau ada tekanan dari 'share holders'. Ya, begitula dunia.

Semuanya dilakukan dengan kepentingan menjaga profit di benak sanubari mereka.

Kendati pun demikian, air yang tenang jangan disangka tiada buaya. Suasana yang sepertinya tenang sebetulnya tidak mencerminkan apa yang sebenarnya dirasakan oleh penduduk kedua-dua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun