Mohon tunggu...
Ahmad Syam
Ahmad Syam Mohon Tunggu... wiraswasta -

...jalan sunyi...\r\n\r\nwww.ahmad-syam.blogspot.com\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

SD Australia Sewakan Laptop ke Siswa

3 Februari 2014   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_293544" align="aligncenter" width="783" caption="www.abc.net.au"][/caption]

Anak saya, Amira, menyambut awal tahun ajaran baru di bulan Januari yang baru lewat dengan riang. Gembira karena selain akan memulai status baru sebagai siswa kelas tiga sekolah dasar (SD), juga karena senang mendapatkan pembagian laptop dari sekolah. Sesuatu yang sudah lama-lama dia tunggu. Ya, siswa kelas 3 hingga 6 memang diberikan laptop yang tidak hanya untuk digunakan di sekolah tetapi juga di rumah karena bisa dibawa pulang.

Sebenarnya tidak pas mengatakan bahwa sekolah membagikan dan memberikan laptop kepada seluruh siswa kelas 3 hingga 6. Lebih tepatnya adalah sekolah memberikan laptop kepada siswa dengan perjanjian pinjam dan sewa (leasing). Bagaimana mekanisme sekolah dalam proses meminjamkan atau menyewakan laptop ke siswa? Apakah kewajiban siswa? Apa pula keuntungan yang diperoleh siswa?

Kewajiban utama siswa dalam masa pinjam tersebut adalah membayar harga laptop yang besarnya $AUD1401, atau dalam kurs rupiah kurang lebih Rp14 juta. Pembayaran tidak dilakukan sekaligus tetapi dicicil per term atau per tiga bulan sekali. Terdapat empat term dalam setahun kegiatan lejara-mengajar dan pembayaran per term adalah $AUD100. Artinya dalam satu tahun total pembayaran sebesar $AUD400.Pembayaran $AUD100 per term berlangsung selama tiga tahun yaitu dari kelas 3 hingga kelas 5, sedangkan setelah kelas 6 siswa hanya menyicil $AUD50 per term untuk mencukupi harga laptop semula yaitu $AUD1401.

Dalam sistem pinjam dan sewa ini siswa diberikan dua pilihan pada akhir masa pendidikannya di sekolah tersebut. Siswa dapat memiliki atau istilahnya membeli laptop dengan cukup menambahkan pembayaran $AUD1 atau setara Rp10 ribu kepada pihak sekolah. Namun, jika tidak ingin memiliki, siswa juga boleh mengembalikan laptop itu ke sekolah dengan catatan kondisi laptop tetap baik.

Bagi siswa yang memilih untuk tidak memiliki laptop meski telah membayar banyak selama masa meminjam/menyewa tentu tidaklah rugi. Memutuskan memiliki/membeli dengan hanya menambahkan pembayaran $AUD1 sama tidak ruginya dengan yang memutuskan tidak ingin memiliki/membeli. Hal itu karena semua siswa telah mendapatkan keuntungan dari pemakaian laptop selama masa pendidikannya, serta terutama semua siswa telah mendapatkan banyak manfaat dari program-program pendidikan di dalam laptop. Manfaat terbesar bagi siswa bukan karena sekolah meminjamkan laptop tetapi karena siswa dapat mengakses program-program pendidikan yang baik. Program yang jika dibeli tersendiri akan sangat mahal.

[caption id="attachment_293541" align="aligncenter" width="400" caption="www.coetail.com"]

13913928091050807010
13913928091050807010
[/caption]

Sekolah meminjamkan laptop kepada siswa dengan status sewa adalah bagian dari program yang dinamakan ‘one-to-one’ atau dalam terjemahan bebasnya program ‘satu siswa satu laptop’ (sebenarnya beda sekolah dan kota kadang beda produk: kadang laptop, iPad, atau juga netbook). Pemerintah Australia telah memulai program ini sejak tahun 1990-an. Program ini telah berkembang baik dan menyebar di seluruh wilayah Australia.

Secara visi program ‘one-to-one sangat bagus. Selain melatih siswa mengembangkan kemampuan berinovasi juga menantang siswa untuk dapat mendemonstrasikan hasil inovasi, keterampilan, pengetahuannya. Laptop yang terlebih dahulu di-install program-program edukasi memungkinkan siswa membuat desain bangunan, taman kota, sarana transportasi, dan desain lainnya. Hasil inovasi dan kreasi dalam bentu desain-desain tersebut secara berkala ditampilkan oleh setiap siswa di hadapan guru dan teman-temannya.

Selain terkait visi yang menempatkan program ini bagus juga karena slogannya ‘belajar di mana saja (anywhere) dan kapan saja (anytime)’. Slogan ini seolah menegaskan bahwa program ‘one-to-one’ memberikan kesempatan lebih besar bagi siswa untuk belajar bersama laptop miliknya. Dengan beragam program pendidikan di dalam laptop maka siswa dapat belajar sendiri. Siswa dapat belajar di mana saja, di sekolah dan di rumah. Siswa juga dapat belajar kapan saja, di saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah.

Untuk menjaga program ini tetap pada visi dan tujuannya maka dalam klausul perjanjian sangat menekankan kerjasama pihak sekolah dan orangtua siswa. Guru akan senantiasa melakukan kontrol terhadap program lain yang ditambahkan siswa ke dalam laptopnya di luar yang telah ditentukan pihak sekolah. Jika siswa ingin menambahkan program lain maka harus sepengetahuan gurunya. Sementara orangtua melakukan kontrol melalui interaksi anak dengan laptopnya saat di rumah. Orangtua sedapat mungkin membangun keseimbangan pada diri anak-anakanya. Misalnya, mengawasi anak-anaknya untuk tidak hanya asyik memainkan game-game pendidikan dari laptopnya tetapi juga melakukan kegiatan lainnya seperti aktivitas sosial dan berinteraksi dengan sesama.

[caption id="attachment_293542" align="aligncenter" width="650" caption="www.theaustralian.com"]

13913928851530534891
13913928851530534891
[/caption]

Beberapa poin menarik dari program ‘one-to-one’ sehingga menjadi patut direplikasi adalah antara lain: pertama, terbentuknya siswa pembelajar yang terampil dan kreatif dengan menggunakan perangkat dan media belajar yang modern.

Kedua, program pendidikan yang diperkenalkan kepada siswa tidak membosankan. Model pendidikan ini sangat bersifat edu-tainment di mana siswa dapat mengembangkan daya inovasinya melalui game-game berbasis pendidikan. Hal ini sekaligus berfungsi sebagai penangkal bagi siswa dari jebakan game-game tidak mendidik yang dengan mudah mereka akses.

Ketiga, sistem peminjaman dan penyewaan laptop kepada siswa yang tidak memberatkan. Dengan harga laptop yang lumayan mahal karena menggunakan laptop dari satu merk terbaik tentu akan berat bagi sebagian orangtua jika dibeli sendiri atau sekali bayar. Namun, program ini lebih fleksibel dengan memberikan kesempatan bagi orangtua menyicil dan pada akhirnya, jika ingin, dapat memiliki sepenuhnya laptop tersebut. Biaya cicilan sekali per tiga bulan jika dihitung dalam rupiah sekitar Rp1 juta, artinya setiap bulan orangtua hanya perlu menyisihkan uang sekitar Rp350 ribu namun bagi si anak akan mendapatkan manfaat pengetahuan yang sangat besar.

Apakah Indonesia berani mencoba?

Brunswick, 3 Februari 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun