Mohon tunggu...
Ahmad Syam
Ahmad Syam Mohon Tunggu... wiraswasta -

...jalan sunyi...\r\n\r\nwww.ahmad-syam.blogspot.com\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Promosi Multikultur a la Australia

18 April 2014   23:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:30 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303760" align="aligncenter" width="578" caption="Story-telling tentang kebudayaan suku Aborigin (Foto: Ahmad Syam)"][/caption]

Ribuan orang berdatangan ke Federation Square yang terletak di jantung Kota Melbourne. Mereka memenuhi beberapa bagian tempat di area ruang publik bersejarah tersebut. Ada yang duduk bersantai di bawah payung-payung besar sembari menikmati sajian beragam musik. Sebagian lainnya berkeliling di beberapa stage menyaksikan tarian dan dansa. Mereka yang hobi belanja langsung menuju ‘markets of the world’ di mana deretan stall yang menjajakan aneka seni dan kraft dari berbagai belahan dunia.

Di bagian lain dari Federation Square, tepatnya di pinggiran Yarra River atau Yarra River Terrace, puluhan stall menjajakan aneka makanan khas sejumlah negara. Ya, tempat tersebut disulap menjadi ‘food stall from around the globe’. Yarra River Terrace yang biasanya lengang menjadi sangat ramai. Jalanan selebar kurang lebih 10 meter pun menjadi sesak. Antrian di beberapa stall tidak menyurutkan pengunjung untuk tetap bertahan. Mereka telah terbius aroma masakan yang menggugah selera.

Cuaca yang sedikit dingin ternyata tidak mengurangi warga Melbourne dan sekitarnya untuk datang di Federation Square. Mendung dan awal tebal yang menggantung di langit sepanjang hari juga bukan penghalang. Toh, mereka sudah mengantisipasi sangat baik dengan jaket atau sweeter serta syal yang terlilit di leher. Bila masih kurang hangat mungkin secangkir kopi yang masih mengepul hangatyang tersaji di beberapa mini-kafe dalam Federation Square akan mengatasinya.

[caption id="attachment_303754" align="aligncenter" width="538" caption="(Foto: Ahmad Syam)"]

1397806347912119116
1397806347912119116
[/caption]

Viva Victoria Multicultural Festival 2014 dihelat sebagai rangkaian dari Harmony Day dan Cultural Diversity Week. Festival tahunan ini untuk menandai keberagaman masyarakat Australia dalam banyak aspek mulai darikeragaman asal negara, keyakinan, dan kebudayaan.

Dalam brosur yang dibagikan panitia penyelenggara yakni The Victorian Multicultural Commission menyebutkan, penduduk Australia terdiri dari lebih 200 negara asal, berlatar belakang lebih dari 130 agama atau keyakinan, dan dengan 260 bahasa dan dialek asli mereka. Namun, dari begitu banyak perbedaan tersebut penduduk dan masyarakat Australia menguatkan tekad untuk membangun satu komunitas.

Keragaman tersebut yang kemudian dikemas dalam bermacam acara dan kegiatan. Terdapat puluhan stall yang menyajikan keragaman seni craft dan makanan. Berkeliling di stall-stall tersebut tidak saja merasa terhibur tetapi juga seperti mendapati dunia menjadi satu. Dari Cup and mug Polandia hingga lau silk dari Laos, atau, dari paleta artisan ice popsicles Mexico hingga simply Indonesian cuisine.

[caption id="attachment_303755" align="aligncenter" width="300" caption="(Foto: Ahmad Syam)"]

1397806526665399804
1397806526665399804
[/caption]

[caption id="attachment_303756" align="aligncenter" width="300" caption="(Foto: Ahmad Syam)"]

1397806603133549404
1397806603133549404
[/caption]

Selain puluhan stall tersebut, para pengunjung sangat dimanjakan oleh hiburan lagu, dansa, dan tarian di empat panggung utama yang tersebar pada tempat berbeda. Sambil duduk manis di bawah payung besar dengan minuman serta camilan favorit para pengunjung tersebut betah duduk berjam-jam.

Di Commonwealth Bank Main Stage, Maracatu Estrela do Mar –Afro-Brazilian percussion group, playing rhythms from the north-east of Brazil-menjadi pembuka pertunjukan. Setelah itu tampil 9 kelompok lainnya dari berbagai negara sebelum akhirnya ditutup dengan penampilan Bombay Royale, musik dan dansa yang membawa spirit gaya khas Bollywood dan tradisi klasik di India.

[caption id="attachment_303750" align="aligncenter" width="512" caption="(Foto: Ahmad Syam)"]

13978053981010439666
13978053981010439666
[/caption]

Byron and the Gypsy Cats, perbauran musik tradisional dari Yunani dan Asia merupakan satu dari enam penampil di Riverside Terrace Stage. Sementara di Deakin Edge dance Stage salah satu penampil adalah Asanti Dance Theatre from Ghana, tarian yang kaya akan kekuatan dan sangat enerjik. Di The Ubuntu Youth Stage tampil 11 penampil (performer) satu diantaranya yakni Teame, Wubshet and Soliana, sebuah sirkus dari Ethiopia yang menghipnotis para penonton.

Selain penampilan para pemain musik dan penari, juga hadir Bodhi Tree-Field of Enlightenment yang dipersembahkan oleh the Buddha’s Light International Association of Victoria. Bodhi Tree-Field menyajikan puluhan daun plastik di mana pengunjung bebas menuliskan pesan damai di atas daun tersebut.

[caption id="attachment_303761" align="aligncenter" width="573" caption="(Foto: Ahmad Syam)"]

1397807544999035415
1397807544999035415
[/caption]

Para orangtua yang membawa anak-anak juga dapat menyenangkan anak-anak mereka dengan membawanya ke Kids’ Activities. Anak-anak bisa bermain sambil belajar membuat aneka perhiasan dan benderadari bahan-bahan yang dapat didaurulang. Selain itu, anak-anak pun bisa mendengarkan story-telling tentang kebudayaan suku Aborigin.

Multicultural Festival di Australia diselenggarakan sebagai rangkaian Harmony Day. Apakah Harmony Day itu? Harmony Day di Australia pertama kali diadakan pada 1999 yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masyarakat Australia yang memiliki banyak keragaman dapat bersatu padu dalam sistem sosial yang kohesif dan inklusif. Kegiatan Harmony Day diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 21 Maret yang juga bertepatan dengan Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Sedunia.

Pada setiap penyelenggaraan Harmony Day, seluruh lapisan masyarakat di Australia dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan bahasa berbaur dalam banyak kegiatan. Mereka menyatu untuk menguatkan semboyan Australia sebagai negara multikultur. Berbagai rangkaian kegiatan tersebut akan berlangsung selama kurang lebih satu minggu sehingga juga populer dengan istilah Cultural Diversity Week.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun