Mohon tunggu...
Ahmad Syaikhu
Ahmad Syaikhu Mohon Tunggu... profesional -

Bermanfaat Bagi Sesama | Wakil Walikota Bekasi | www.AhmadSyaikhu.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu Pelopor Penggerak Kebaikan

28 Desember 2016   10:10 Diperbarui: 28 Desember 2016   10:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perempuanlah, kaum ibu yang pertama-tama meletakkan bibit kebaikan dan kejahatan dalam hati sanubari manusia, yang biasanya terkenang dalam hidupnya."

"Bukan saja sekolah yang harus mendidik jiwa anak, tetapi juga yang terutama pergaulan di rumah harus mendidik! Sekolah mencerdaskan pikiran dan kehidupan di rumah tangga hendaknya membentuk watak anak itu!"

(RA Kartini)

Menjadi seorang ibu adalah sebuah perjalanan panjang dan penuh pembelajaran. Menjadi seorang ibu juga merupakan sebuah keistimewaan yang telah Allah berikan kepada seorang wanita. Berbahagialah menjadi seorang ibu, karena ibu tidak hanya melahirkan anaknya, tapi juga melahirkan sebuah peradaban.

Sejatinya seorang ibu adalah wanita yang tangguh dan kuat. Selama 9 bulan ibu membawa kita dalam kandungannya. Dalam kondisi yang lemah, ditambah dengan beban berat diperutnya, pun masih di tambah dengan banyak pekerjaan dan aktivitas lainnya. Namun ibu tak pernah mengeluh bahkan selalu menjaga dan membelai kita yang masih dalam kandungannya dengan penuh cinta dan sayang.

Ibu lah orang yang paling berjasa dalam melahirkan kita, ia rela bertaruh nyawa untuk sebuah kehidupan bagi anak kesayangannya. Betapa banyak ibu yang sebelum hamil sehat dan kuat tetapi ketika hamil mendadak menjadi lemah dan sakit. Bahkan tak sedikit ibu yang harus mengorbankan nyawa untuk buah hatinya. Kemudian ketika anaknya lahir, dalam kondisi yang masih belum pulih akibat luka sehabis melahirkan, ibu masih harus menahan rasa sakitnya dan merelakan waktu istirahatnya untuk menyusui dan merawat anaknya dengan cinta dan keikhlasan.

Ibu lah yang paling sedih dan tidak bisa tidur dengan nyenyak ketika salah satu anaknya menderita sakit. Ibu lah yang paling cemas ketika didapatinya anak kesayangannya belum berada di rumah. Ibu selalu mejadi tempat kita bernaung, melindungi, menyayangi, mengajarkan kita banyak hal dengan cinta dan kasih sayangnya. Maka tak berlebihan seperti yang Rasulullah katakan ketika salah seorang sahabat bertanya siapa yang paling pantas mendapatkan perlakuan baik dari kita, Rasulullah sampai menjawab ibumu 3 kali. Dan Allah pun memuliakan kedudukan seorang ibu yang meninggal karena melahirkan dengan balasan syurga.

Ibu merupakan guru dan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dan seorang ibu lah yang pertama-tama menentukan arah perkembangan seorang anak. Maka dari itu seorang ibu harus terdidik dengan baik dan memiliki pengetahuan yang luas sebagai bekal dalam mendidik anak-anaknya. Ilmu ini tidak hanya didapatkan dari lembaga pendidikan formal, tapi juga lembaga pendidikan non formal. Meskipun pada akhirnya ibu lebih memilih untuk tidak menjadi wanita karir, tetapi pendidikan itu tetap diperlukan bagi seorang wanita. Ibu yang cerdas tentu akan melahirkan anak yang cerdas pula. Sedangkan ibu yang biasa-biasa saja, mungkin hanya bisa mendidik anak sebatas hal-hal yang dialami dan diketahuinya sebagai ibu rumah tangga.

Seorang ibu menjadi pusat kehidupan rumah tangga. Saat seorang ibu berpendidikan, maka ia tidak akan mudah untuk dibodohi dan membawa kebaikan untuk rumah tangganya. Bahkan seandainya jika anak dan suaminya tidak memiliki sikap yang baik, maka seorang ibu atau istri akan bisa membimbingnya kembali ke jalan yang lurus dengan penuh cinta dan kesabaran yang menjadi ciri khas dari seorang ibu. Seorang ibu dengan kelembutannya bisa mendidik anak dan suaminya menjadi pribadi yang menghargai kaum wanita. Seorang ibu dengan kekuatan dan kesabarannya bisa memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya agar mereka kelak mejadi pribadi yang teguh dan berprinsip.

Sejatinya seorang ibu pasti selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, entah makanan, kesehatan, pendidikan, ilmu bahkan bisa jadi dalam segala hal. Karena anak bagi seorang ibu adalah harapan dan do’a yang kelak akan mengangkat derajat orangtuanya di dunia dan akhirat. Karena anak juga bagi seorang ibu adalah asset yang jika ditanamkan hal-hal yang baik, maka kelak ia akan menghasilkan hal-hal yang baik pula.

Seorang ibu juga bisa mencurahkan waktunya 24 jam sehari untuk anak-anaknya, tidak ada kata lelah dan istirahat jika itu berkaitan dengan anak-anak. Dalam setiap aktivitas dan do’anya selalu terselip untuk anak-anaknya, bahkan dalam kondisi sakit pun seorang ibu masih memikirkan anaknya. Maka benar pepatah yang mengatakan bahwa kasih ibu tak terhingga sepanjang masa.

Namun seorang ibu tetaplah manusia biasa. Pada saat-saat tertentu butuh untuk dilayani, butuh kasih sayang dan perhatian serta butuh untuk bersosialisasi. Karena itu perlunya disini peranan seorang lelaki sebagai seorang suami dan ayah. Di mana seorang ayah harus mampu berbagi peran dengan ibu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Karena jika seluruh pekerjaan rumah dan pendidikan anak dibebankan sepenuhnya kepada seorang ibu dan ayah tidak mau peduli, tidak mau berbagi peran dan berdiskusi dengan ibu tentang masalah dan pendidikan anak, atau bahkan terkadang menyalahkan ibu atas apa yang terjadi dengan anak-anak di rumah maka lambat laun seorang ibu akan bisa mengalami stress atau merasa tertekan.

Dan jika hal ini dialami oleh seorang ibu, maka juga bisa mempengaruhi seorang ibu dalam dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Betapa banyak peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Di mana seorang ibu yang terlihat cerdas dan sayang terhadap anak-anaknya, tiba-tiba diberitakan berbuat kasar terhadap anaknya bahkan ada yang sampai tega membunuh anaknya. Dan ternyata setelah ditelusuri, ibu ini mengalami gangguan kejiwaan/tertekan akibat masalah ekonomi, sikap suami yang kurang perhatian, cenderung menyalahkan istri atau terkadang dengan banyaknya aktivitas rumah tangga si ibu merasa terbebani karena sang ayah tidak pernah mau membantu, tidak perduli atau tidak mau ikut ambil peranan dalam urusan rumah tangga.

Untuk itulah seorang ayah juga harus menjadi teman   diskusi dan harus lebih perhatian terhadap ibu, meskipun tugas mendidik dan membesarkan anak-anak diberikan kepada seorang ibu, tetapi hal tersebut merupakan tanggungjawab bersama. Maka perlulah sesekali ayah mengambil peranan untuk menjaga anak-anak, membantu mengerjakan pekerjaan rumah, mengajak rekreasi sekeluarga dan memberikan waktu kepada ibu untuk bersosialisasi dan memanjakan dirinya. Agar seorang ibu juga merasa diperhatikan kebutuhannya oleh seorang ayah. Karena ibu yang baik tidak hanya sekedar cerdas dan beragama saja tetapi juga dibutuhkan psikis yang baik, yang selalu merasa bahagia dan tidak tertekan, sehingga ia pun bisa menikmati dan menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik.

Jika seorang ibu memiliki kebahagiaan dan kecerdasan, maka anak-anak pun kelak akan terdidik dengan baik. Dan apa yang dilakukan seorang ayah kepada ibu nya juga bisa menjadi pelajaran berharga untuk anak-anak, bahwa mereka juga harus selalu menyayangi, memberikan perhatian dan kebahagiaan untuk ibundanya. Karena ibu adalah poros kebaikan dari rumah tangga, jika seorang ibu baik dalam segala hal (akal, jiwa dan raganya), maka anak-anak juga akan dibesarkan dengan baik dan rumah tangga itu akan memancarkan sinar kebaikan juga untuk sekitarnya.

Ibu...

Engkaulah matahariku...

Engkaulah bening tetes embunku...

Bahasamu adalah kesabaran, ketulusan dan pengorbanan...

Bersamamu adalah pengajaran, kebahagiaan dan kedamaian...

Tatap matamu adalah cinta, do’a dan pengharapan...

Kasih sayangmu adalah kasih sayang yang tak habis dimakan zaman...

Engkaulah ibu, guru dan sahabat terbaikku...

Engkaulah karunia yang terindah dalam hidupku ...

Terima kasih ibu... doa’ku agar Allah hadiahkan syurga untukmu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun