Mohon tunggu...
Ahmad Syaikhu
Ahmad Syaikhu Mohon Tunggu... profesional -

Bermanfaat Bagi Sesama | Wakil Walikota Bekasi | www.AhmadSyaikhu.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Meluruskan Rumor Aksi Geng Motor di Bekasi

22 Februari 2014   01:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_323989" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Setelah peristiwa kekerasan anak di Pondok melati terjadi, saya sering mendapat pertanyaan dari masyarakat baik langsung maupun lewat media sosial dan pesan singkat. Ada beberapa informasi yang tidak benar dan perlu diluruskan agar tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Setelah pihak Kepolisian Pondok Gede menangkap 11 pelaku yang diduga melakukan kekerasan itu, saya langsung menemui mereka karena mayoritas mereka masih di bawah umur. Bagaimana pun mereka tidak bisa disamakan dengan pelaku kejahatan lainnya melihat usia mereka yang masih di bawah umur. Mereka memang diduga kuat sebagai pelaku tapi pada saat yang bersamaan mereka adalah korban dari kurang perhatian dan bimbingan orang tua dan lingkungan. Hampir satu jam saya berbicara dengan anak-anak itu di Kantor Polsek Pondok Gede. Saya berusaha memposisikan diri sebagai ayah untuk mereka. Saya melakukan dialog dengan mereka layaknya ayah dengan anaknya. Saya ingin mendengar apa yang sesungguhnya terjadi. Apa yang memotivasi mereka hingga melakukan hal itu. Satu persatu dari mereka bercerita tentang kronologi peristiwa itu. Mereka juga bercerita ada apa dengan dirinya dan keadaannya di rumah. Saya mendengarkan satu persatu mereka bertutur. Bahkan di antara mereka ada yang menangis karena merasa menyesal melakukan perbuatan itu. Yang jelas mereka tidak memiliki riwayat kriminal. Saya katakan pada mereka setiap perbuatan harus berani menanggung resikonya. Karena setiap pilihan ada resikonya. Dan kepada anak-anak itu saya ingatkan setiap kita pasti pernah melakukan kesalahan. Dan orang yang sportif adalah berani mengakui kesalahan dan berjanji tidak melakukan kesalahan yang sama. Saya tegaskan, saat ini yang harus dilakukan adalah berjanji dalam hati untuk tidak melakukan tindak seperti itu lagi. Karena mereka masih punya masa depan. Harus bangkit! Karena saya meyakini mereka bukan hanya pelaku tapi pada saat yang bersamaan adalah korban maka harus diberikan juga haknya sebagai anak yang telah diatur oleh undang-undang. Usia mereka masih belia, belum terlambat untuk berubah. Jika dibimbing saya yakin mereka masih bisa hidup sebagai warga negara yang baik dan bermanfaat untuk sesama. Dari pertemuan saya dengan anak-anak itu, melalui artikel ini perlu diluruskan beberapa hal. Pertama, tidak benar jika anak-anak itu geng motor seperti yang tersebar di masyarakat. Mereka anak-anak sepermainan. Yang mendorong mereka melakukan kekerasan itu karena solidaritas pertemanan. Kembali saya tegaskan, Tidak Ada Geng Motor Yang Beraksi di Bekasi. Kalau pun ada informasi yang mengatakan demikian informasi itu tidak benar. Saya sudah temui anak-anak yang menjadi pelaku dan informasi dari pihak kepolisian sendiri. Kedua, isu mereka kebal senjata, hal itu tidak benar. Dari dialog saya dengan anak-anak tersebut, saya ingin mengingatkan kita bahwa perhatian dan bimbingan orang tua pada anak itu paling utama. Nilai pendidikan tertinggi adalah perhatian dan bimbingan orang tua pada anak. Orang tua tidak boleh lelah dan lengah dalam membimbing anak. Apalagi usia pelaku yang sedang mencari identias diri. Orang tua harus berada pada garda terdepan dalam membimbing anak-anaknya. Sejatinya orang tua yang lebih paham dengan karakter dan tingkah polah anak mereka. Kepada masyarakat juga saya berharap sikap permisif harus dihapus. Anak-anak itu adalah produk lingkungan yang kian permisif dan individualis. Lingkungan harus lebih peka terhadap anak-anak yang butuh bimbingan. Dan yang terpenting adalah kontrol dari masyarakat terhadap perilaku menyimpang anak. Melalui lingkungan (RT/RW), tempat kerumunan anak di malam hari bisa dibatasi. Seperti tempat game online, masyarakat setempat harus membuat kesepakatan bersama terkait jam operasi. Idealnya memang game online beroperasi maksimal sampai jam 21. Dan saya sangat yakin kontrol sosial jauh lebih efektif menjaga ketenangan dalam masyarakat. Mewakili Pemerintah Kota Bekasi saya menyampaikan rasa duka yang amat dalam terhadap korban dan keluarga korban. Semoga adik-adik yang menjadi korban segera pulih. Pemerintah Kota Bekasi akan turut serta dalam proses penyembuhan korban. Kepada pihak kepolisian patut kita beri apresiasi yang telah memberikan rasa aman di tengah masyarakat. Lewat informasi yang diberikan pihak kepolisian, berbagai rumor yang salah bisa diluruskan. Kota Bekasi masih kondusif dan keamanan tetap terkendali. Dan masyarakat pun diharapkan jangan mudah termakan isu dan informasi yang tidak jelas sumbernya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun