Mohon tunggu...
ahmad syaihu
ahmad syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan membagikan tulisan kepada orang lain

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Pertama Naik Kereta Api Tahun 90-an

8 November 2022   13:17 Diperbarui: 9 November 2022   06:55 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpag Kereta Api tahun 90-an (foto: phinemo.com)

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang diinginkan oleh masyarakat di mana jalur Kereta Api ada, sementara yang sudah ada adalah pulau Jawa yang meliputi jalur utara dan jalur selatan, Sumatera sebagian dan Sulawesi juga sebagian.

Kereta Api di Indonesia khususnya di Jawa dn Sumatera sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Fungsi Kereta Api zaman dahulu di samping sebagai mobilisasi tentara penjajah di Jawa dan Sumatera, untuk angkutan penumpan umum juga untuk mengangkut hasil-hasil pertanian dan perkebunan menuju ke kota atau pelabuhan laut baik di Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan untuk selanjutnya diangut dengan Kapal menuju ke Belanda atau ke Eropa.

Pengalaman pertama naik Kereta Api dari Surabaya- Jakarta.

Penulis sendiri punya pengalaman menarik saat pertama kali naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya pergi pulang sekitar tahun 90-an.

Kereta api di era tahun 90-an masih dikelola oleh PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang kondisinya tidak seperti sekarang yang ada dalam Perumka (Perusahaan Umum Kereta Api).

Kondisi penumpang di gerbong kereta api tahun 90-an penumpang dibagi 2 yaitu penumpang yang memiliki Karcis yang ada nomor tempat duduknya di kursi Kereta Api, ada juga penumpang yang tidak memiliki karcis yang bernomor atau karcis bebas.

Kalau penumpang yang memiliki tempat duduk bernomor, mereka akan menduduki kursi sesuai dengan nomor kursi dan nomor gerbong, sementara penumpang yang memiliki karcis tidak ada nomornya maka mereka bisa menempati tempat di mana saja, bisa duduk di kursi yang belum diduduki oleh penumpang yang benormor, atau duduk di lorong-lorong kereta, di gandengan gerbong, di depan toliet kereta, bahkan duduk di bawah tempat duduk kereta.

Penumpang Kereta Api tahun 90-an (hipwee.com)
Penumpang Kereta Api tahun 90-an (hipwee.com)

Tidak hanya ruwet dalam pengaturan penumpang, di era 90-an pedagang makanan, pedagang rokok, minuman, permen, buah , mainan anak-anak, nasi bungkus juga bebas naik kereta berbaur dengan penmpang umum lainnya, bahkan ada pemulung, pengamen, pencopet, atau mungkin perampok yang bergerilya dan berbaur dengan penumpang umum di kereta api.

Kerawanan dan keruwetan terjadi saat kereta berhenti di stasiun antar kota, maka tanpa di komando penumpang yan mau turun atau penumpang yang mau naik berbaur dengan pedagang, pengamen, pencopet yang mau naik atau mau turun, saat seperti inilah banyak terjadi kehilangan dompet, uang, tas dan barang bawaan penumpang yang berpindah tangan ke orang-orang jahat yang sengaja memanfaatkan situasi yang tidak aman tersebut.

Pengalaman yang paling menjengkelkan saat itu adalah kita campur dengan pedagang makanan, pedagang ikan laut yang baunya luar biasa, sehingga di gerbong baunya nano-nano bercampur jadi satu, baru keringat, bau entut, bau ikan asin, bau terasi, saat itu kereta ekonomi masih belum ber AC jadi lengkaplah sudah penderitaan penumpag Kereta Api di tahun 90-an.

Anda pernah merasakan hal itu? berarti usia Anda sudah lebih dari 50 tahun.

Bagaiman menurut pendapat Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun