Masjid Jogokariyan yang awal mulanya berupa langgar kecil. Pada tanggal 20 September 1966 dimulai proses pembangunan masjid, berawal dari wakaf seorang pedagang batik dari Karangkajen Yogyakarta, dan mulai digunakan pada 1967.Â
Masjid Jogokariyan Yogyakarta (foto: dokpri)
Tahun 2009 dibangun Islamic Center Jogokariyan di atas tanah milik warga yang sudah dibeli masjid. Di Islamic Center Masjid Jogokariyan inilah segala kegiatan pelayanan jamaah banyak dilakukan.
Program unggulan seperti program infak nol rupiah, program gerakan jamaah mandiri yang mampu menaikkan jumlah infak mingguan menjadi 400%, program peta dakwah, dan shodaqoh ATM beras.Â
Banyaknya kegiatan di masjid Jogokariyan inilah yang membuat masjid ini tak pernah sepi dari kegiatan baik rutin berupa jamaah sholat fardhu, kajian kitab, pengajian rutin, dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang ditempatkan di Masjid Jogokariyan.
Meski di luar Bulan Ramadan, jamaah shalatnya selalu ramai, dan menarik perhatian masyarakat muslim di luar Yogyakarta juga luar negeri.Â
Banyak yang studi banding dari berbagai pengurus masjid dari seluruh Indonesia, bahkan dari masjid dari negara Asia Tenggara untuk mempelajari manajemen dan bagaimana mengelola dan memakmurkan masjid.
"Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah: 215).
Memang prinsip yang dijalankan oleh manajemen atau pengurus Masjid Jogokariyan yaitu setiap yang didapat dari jamaah hari itu juga harus dihabiskan untuk kepentingan jamaah akan makin banyak mendatangkan infak lagi dan terus berinfak untuk kemakmuran masjid.
Pengurus masjid bukan sekedar mengurus masjid tapi juga melayani jamaah. Punya klinik, ada divisi-divisi yang langsung ke masyarakat. Kotak infaq yang besar dan lubangnya juga besar.