Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedekah Bumi Tradisi Turun Temurun di Desa Jawa

23 Januari 2023   10:40 Diperbarui: 23 Januari 2023   10:58 2116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis (kiri) bersama tokoh masyarakat desa menggunakan pakaian adat Jawa ikut serta dalam pawai budaya (foto dokpri)

Sedekah bumi adalah tradisi yang ada pada masyarakat pedesaan di pulau Jawa, dalam rangka rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, berupa hasil pertanian, perkebunan, sayuran, perikanan dan peternakan yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa.

Waktu Pelaksanaan Sedekah Bumi

Masyarakat yang mengadakan tradisi Sedekah Bumi biasanya menggunakan hari Sabtu-Minggu biasanya dengan rangkaian acara sebagai berikut :

1. Hari pertama yaitu Sabtu malam diisi dengan acara istigotsah, tahlilan dan pengajian yang diikuti oleh seluruh warga dan dipimpin oleh Kyai desa atau tokoh agama Islam yaanga ada di desa Setro

Acara Istigosah dan doa bersama di adakan di Masjid Desa dipimpin oleh seorang Kyai atau Ustadz. (Dokpri)
Acara Istigosah dan doa bersama di adakan di Masjid Desa dipimpin oleh seorang Kyai atau Ustadz. (Dokpri)

2. Hari kedua pagi hari diisi dengan acara pawai budaya dengan menampilkan berbagai kreasi warga di masing-masing lingkungan untuk di arak keliling desa.

Tahun temanya adalah Melestarikan Hewan dan Habitatnya, maka muncul bebagai hasil karya masyarakat berupa gunungan tumpeng raksasa dari berbagai sayuran dan buah-buahan, dari makanan kemasan dan dari berbagai bahan yang menjadikan karyaanya bisa dinikmati oleh seluruh warga desa dan para pengguna jalan raya.

Salah satu karya warga Naga Raksasa berbahan sayuran, buah dan jajan pasar (foto: dokpri)
Salah satu karya warga Naga Raksasa berbahan sayuran, buah dan jajan pasar (foto: dokpri)

Karya lain berupa macan putih hewan yang sudah hampir punah (dokpri)
Karya lain berupa macan putih hewan yang sudah hampir punah (dokpri)

Penulis (kiri) bersama tokoh masyarakat desa menggunakan pakaian adat Jawa ikut serta dalam pawai budaya (foto dokpri)
Penulis (kiri) bersama tokoh masyarakat desa menggunakan pakaian adat Jawa ikut serta dalam pawai budaya (foto dokpri)

3. Siang hari diisi dengan acara "Asahan" yaitu membawa aneka makanan dalam wadah baik berupa nasi lengkap dengan lauk pauknya, ada yang berupa aneka buah-buahan, aneka miniman atau jajanan pasar, dikumpulkan dalam suatu tempat bisa di Balai Desa, atau Balai RW atau juga bisa di halaman Masjid untuk didoakan dan dimakan bersama-sama setelah itu sisanya di bawah pulang, setelah sebagian di simpan oleh panitian untuk jamuan acara pada siang atau malam hari.

Acara makan bersama warga bagian dari kegiatan Asahan (foto: dokpri)
Acara makan bersama warga bagian dari kegiatan Asahan (foto: dokpri)

4. Setelah tasyakuran dilanjutkan dengan pertandingan Okol (gulat tradisional), di mana terbagi dalam kelas anak-anak, kelas dewasa dan kelas wanita.

Pertandingan Okol kelas wanita (foto: kumparan. com)
Pertandingan Okol kelas wanita (foto: kumparan. com)

5. Pertandingan dipimpin oleh wasit yang disebut pelandang yang bertugas memimpin dan mengatur jalannya pertandingan antara dua orang petarung dan Pelandang juga yang memberikan keputusan kemenangan seseorang dalam pertandingan Okol.

6. Pemain yang akan bertanding biasanya dipilih yang memiliki fisik yang hampir imbang, tanpa melihat usia.

7. Yang menang adalah yang bisa menjatuhkan lawannya dalam pertandingan yang berlangsung 2 babak (ronde)

8. Pemenang dari setiap pertandingan biasanya mendapat hadiah dari panitia berupa kaos atau hadiah lainnya.

9. Setelah selesai bertanding biasanya kedua pemain bersalaman dan berangkulan bahkan foto bersama untuk menjaga sportivitas dan menghilangkan rasa dendam serta sombong bagi kedua pemain.

Nilai-Nilai Karakter dalam Permainan Okol

1. Menanamkan rasa syukur atas nikmat berupa rezeki dan kesehatan

2. Menanamkan rasa cinta tanah air dengan memainkan permainan tradisinal warisan leluhur

3. Berlaku sportif dalam permainan dengan adanya pengadil pertandingan (juri atau disebut pelandang)

4. Menanamkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan dengan sesama dalam suatu kegiatan sosial

Kegiatan sedekah bumi merupakan tradisi leluhur yang merupakan gabungan nilai-nilai religius yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tradisi sosial budaya yang sudah ada di masyarakat desa.

Tetap kita lestarikan demi menjaga kebhinekaan dan persatuan serta kesatuan masyarakat desa menuju Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun