Kenangan penulis bersama istri di depan Masjid terapung di Laut Merah saat melaksanakan ibadah haji tahun 2016(dokpri)
Kisah Perjalanan Haji Pak Guru di hari ke-27
Sejak pulang shalat Subuh di Masjidil Haram, pikiran Pak Guru melayang ke Laut Merah. Pagi ini ia dan rombongannya akan wisata religi ke tiga lokasi. Pak Guru segera sarapan dan menyiapkan diri. Pak Guru akan mengunjungi 3 lokasi yang searah dengan tempat tujuan utama wisata religi kali ini. Ya, obyek wisata religi pagi ini. Masjid Qishos, Masjid Terapung di pantai Merah, dan Jeddah si kota Nenek.
Masjid Qishos di Kota Makkah, adalah tempat dilaksanakannya hukuman Qishos yaitu hukuman mati bagi para terdakwa kejahatan pembunuhan, atau teroris yang ditangkap di wilayah hukum Arab Saudi. Pelaksanaan Qishos (hukum pancung kepala) dilaksanakan pada tiap hari Jum'at setelah pelaksanaan ibadah sholat Jum'at di halaman belakang masjid Qishos dan disaksikan oleh para jamaah sholat Jum'at agar sebagai pengingat dan pelajaran bagi para jamaah untuk tidak melakukan kejahatan seperti orang yang dihukum pancung tersebut,
Sayangnya Pak Guru datang ke masjid itu bukan hari Jumat, sehingga tidak bisa menyaksikan pelaksanaan hukun Pancung. Jadi setelah turun sebentar di halaman masjid, perjalanan dilanjutkan menuju Laut Merah ke arah kota Jeddah. Laut Merah adalah laut yang menghubungkan daratan Asia (Arab Saudi) dengan daratan benua Afrika.
Laut Merah adalah saksi sejarah ketika Nabi Musa membelah lautan dengan tongkatnya dan menyeberang, hingga daratan di Palestina. Firaun dan pasukannya pun tak mau ketinggalan. Tapi apa yang terjadi? Laut itu kembali seperti sediakala dan tenggelamlah Firaun dan pasukannya.
 Konon masjid ini didirikan di atas tanah wakaf dari penduduk asli. Ia seorang janda kaya raya . Setelah suaminya meninggal ia mewakafkan kekayaannya untuk membangun masjid. Masjid terapung itu namanya menjadi masjid Ar Rahmah. Tapi orang lebih mengenalnya sebagai masjid terapung di laut Merah.
Arsitek Masjid terapung ini tergolong modern dengan aksesoris yang cantik dan menawan. Pak Guru berkesempatan shalat di dalamnya, sambil menikmatinya udara sejuk semilir angin laut merah dan AC di dalam masjid. Karpet buatan Turki yang tebal dan halus menambah kenyamanan dan kekhusyukan dalam beribadah.
Pak Guru menyaksikan keindahan masjid dan juga banyaknya kaligrafi yang terpajang di setiap sudut masjid membuatnya terharu. Selesai shalat ia masih sempat menikmati semilirnya angin laut juga melihat hiruk pikuk para wisatawan berburu oleholeh.
Oleholeh yang diminati para pengunjung bermacam macam, dari kurma hingga pernakpernik haji. Tapi yang paling banyak dicari adalah kurma muda. Kurma muda diklaim bisa menyuburkan kandungan dan membuat perampuan yang masih produktif bisa cepat hamil.