Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulislah dengan hati niatkan untuk berbagi kebaikan semoga karyamu abadi dan menjadi ladang jariyah. Penulis 11 buku tunggal antara lain Pak Guru Menjadi Tamu Allah dan Membingkai Waktu, serta 70 buku Antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Sepanjang Masa

27 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 27 Mei 2022   13:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali tulisan ini perkenankan penulis menukil hadits Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah, beliau berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi menjawab, 'Ibumu!' 

Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR Bukhari).

Kemuliaan ibu yang tiga derajat lebih tinggi dari ayah karena ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat kita sejak dalam kandungan sampai dewasa tanpa pernah mengeluh ataupun mengharap balas jasa dari kita putra-putrinya

Ibu adalah pribadi yang paling mulia bagi semua manusia di dunia ini. Ibu, atau mama, mami, umi atau apapun sebutannya adalah , kata sederhana namun sejuta makna. Semua manusia memiliki ibu. Ibu adalah sosok yang harus dihormati dan dibanggakan. Ditangan ibulah kita mendapatkan kasih sayang yang tulus. Kasih ibu tak berbilang. Kasih ibu sepanjang masa.

Mengenang Ibu yang telah berpulang 10 bulan yang lalu (wafat Juli 2021) karena sakit yang sudah dideritanya hampir 5 tahun terakhir, komplikasi penyakit dalam yang menyebabkan beliau hanya mengahbiskan waktunya di tempat tidur atau duduk di kursi roda.

Ibu yang telah melahirkan 12 putra-putrinya, merupakan sosok begitu bersahaja dan kuat secara fisik maupun mental, bagaimana seorang wanita desa melahirkan 12 putra-putrinya, 2 putra-putri pertama wafaat di usia balta, membesarkan merawat dan mendidiknya bersama Ayah yang hanya seorang petani dan penjahit yang tinggal di desa, Ibu ditinggal Ayah terlebih dahulu 30 tahun yang lalu 

( Ayah wafat tahun 1991, setahun sesudah penulis lulus sarjana) dengan sabar dan penuh kasih saying mencurahkan perhatiannya untuk ke-10 putra-putrinya sampai semuanya berkeluarga dan memiliki cucu serta cicit.

Membersamai 10 putra-putri dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan menyebabkan tidak semua putra-putrinya bias menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang tertinggi, hanya 3 dari 7 putra-putrinya yang bergelar sarjana, namun cucu-cucunya hampir semua bergelar sarjana.

Ibu yang membantu ayah mencukupi kebutuhan keluarga dengan membuka toko di depan rumah menjadikan kebutuhan kami sedikit tercukupi, karena penghasilan ayah sebagai petani dan penjahit pakaian di desa hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari sementara kebutuhan untuk biaya pendidikan Ibu yang menyediakan.

Ibu merupakan sosok pendidik pertama dan utama.Meski ibu hanya bias membaca dan menulis, namun ibu denga semangat mengajari kita sejak kcil,  Ibu mengajarkan kita arti kehidupan. Mendidik kita agar menjadi orang yang kuat. Kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan. 

Cinta dan kasih sayang ibu begitu tulus dan murni. Tak pernah mengeluh walau kita sering berulah. Tak pernah marah walau kita sering nakal. Kasihnya dapat melembutkan hati yang membatu. Kasihnya dapat menghilangkan dahaga kegalauan. Kasih sayang ibu selalu terlantun dalam doanya. Selalu mendoakan anak-anaknya, walau anak-anaknya kadang membuatnya kecewa dan sedih.

Pendidikan agama bagi keluarga, diutamkan oleh Ayah dan Ibu, untuk belajar mengaji Al Quran, Ayah dan Ibu sendiri yang mengajarkan kepada kami sejak kecil, sedangkan untuk pendidikan umum kami dimasukkan di Madrasah yang ada di desa kami.

Kasih ibu terus mengalir sepanjang masa. Sejak kita belum terlahir, ibu selalu memberikan kasih sayang dan cinta pada anaknya. Begitu juga setelah anaknya lahir, kasih sayang itu tidak berkurang sedikitpun malah semakin bertambah. Semakin besar anaknya semakin besar pula kasih sayangnya. Ibu, sosokmu tak tergantikan. Kasih sayangmu bagaikan oase di padang pasir bagi kami putra-putrinya.

Kasih sayang ibu begitu terasa bagi kami, seluruh putra-putrinya sehingga kami begitu kehilangan ketika ibu meninggalkan kami, tangis dan kesedihan kami sampai sekarang begitu terasa, sosok yang menjadi obor penerang dan tumpahan kasih saying telah berpulang ke hadirat Allah SWT.

Semoga ibu ditempatkan bersama ayah  di surganya Allah, dan mengajak kami semua anak, cucu dan cicit serta seluruh keturunannya berkumpul di akherat kelak, Aamiin.

Madrasahku, 27 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun