Aku ingin mencium lehermu dan berbisik di telinga indahmu bahwa cinta itu nyata, Sayang. Aku akan terus meyakinkan diriku sendiri akan hal itu. Dalam dunia yang mengada-ada ini dimana aku menikmati lelucon-lelucon sebagai hal yang paling serius di hidupku yang sempit ini aku menyodorkan sepotong cinta paling merah muda dari hatiku kepadamu, Sayang. Di sini aku kedinginan dan merasa kesepian, meratapi malam minggu yang kelam. Aku akan bersenandung lagu paling galau sehingga kamu merasa kasihan. Semoga angin malam ini yang berdesir di luar mengantarkan lagu dari hatiku itu kepadamu, Sayang. Setidaknya kamu juga merasakan cinta itu yang berdarah-darah seperti para pejuang kemerdekaan. Aku merindukanmu sampai sakit kepala. Ada rasa nyeri yang menggelitiki dadaku dan itu karena kamu, Sayang. Cinta ini menggerogoti diriku tak ubahnya para manula yang renta dimakan usia.Aku menggambar wajahmu di kertas masa depanku: senyum paling tulus dan keras kepala untuk selalu menguatkanku, di samping rumah warna biru laut kita berdiri berjauhan di antara dua bocah--satu lelaki dan satu perempuan--, tersenyum di bawah matahari yang benderang. Namun aku terlalu mengada-ada diracuni film-film romantis berakhir bahagia aku menjadi lelaki dengan mimpi membangun keluarga. Bahwa kehidupanku agar berakhir di sana, tak terelakkan, aku akan terus menemukan kembali rasa cinta itu yang membuatku ngilu saat ini hari demi hari seolah aku anak remaja lagi. Bayangan masa depan yang jelas namun menakutkan itu memukul tepat di rahangku. Paling tidak aku akan berusaha mengawetkan getaran cinta masa mudaku ini seperti awetan binatang dalam museum. Dengan tulisan ini misalnya, aku berusaha mendokumentasikan sepotong cinta itu yang manis dan membuatku sakit, bahwa ada saat-saat dalam hidupku yang sempit ini aku merasakan suatu perasaan unik dimana aku ingin mencium lehermu dan berbisik di telinga indahmu bahwa cinta itu nyata, Sayang. Aku akan terus meyakinkan diriku sendiri akan hal itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H