seperti kita semua, setiap perjuangan adalah anak zaman.
tetapi mereka menguak celah dinding sejarah, tepat disaat mentari meninggi, lalu peradaban menjadi cerah.
kerisauan sejarah akan jalan kehidupan, terkadang sedikit menghalau langkah untuk berjalan.
menjelma semuanya menjadi bisu, hingga menggigil sekujur tubuh kaku.
bahkan terkadang semua kesulitan, hanya ada dalam kubangan cerita para pecundang.
mereka menjadi bintang, namun kicauan teman seakan menjadi celah untuk melemah.
memang semua pintu harus dibuka dengan kunci, tetapi ada saat untuk mendobrak.
akankah pintu itu terbuka, dengan kunci yang pernah dipatahkan?
nihil rasanya, mengingat akan pelajaran yang terlalu rumit mengikuti teori.
lantas saat ketentuan Tuhan di luar teori, apakah akan tetap memaksakan pendapat lewat aksara?
 Â