Mohon tunggu...
A.S. Nasution
A.S. Nasution Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

USU Faculty of Law

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Puasa Bareng Pak Jokowi

15 Juni 2015   18:45 Diperbarui: 19 Mei 2016   12:08 3329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa tinggal hitungan hari, bulan yang luar biasa berkahnya bagi seluruh umat muslim. Satu bulan penuh akan di isi dengan ibadah-ibadah yang tidak akan ditemukan pada bulan-bulan lainnya. Ibadah yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sahur, berbuka, taraweh, tadarus, semua itu akan menjadi jembatan bagi kita semua untuk menghapus dosa dan memperbaiki diri menuju tahun yang fitri.

Namun ada sedikit perbedaan di bulan puasa tahun ini, jika sebelumnya sepuluh tahun berturut-turut kita berpuasa bersama mantan presiden Susilo Bambang Yudoyono, di tahun 2015 ini kita sudah bersama dengan presiden Jokowidodo dengan pemerintahan barunya.

Banyak yang berharap semoga puasa kali ini bukan hanya perbedaan sosok pemimpinnya saja tetapi sekaligus meresap pada permasalahan teknisnya yang menyangkut kebijakan-kebijakan presiden pada dinamika-dinamika masyarakat.

Sebagaimana yang kita rasakan bersama pada tahun-tahun sebelumnya, harga-harga kebutuhan pokok tanpa perlu diramal sudah barang tentu akan mengalami pelonjakan harga di setiap bulan Ramadhan. Bawang, cabe, daging, merupakan segelintir komoditi yang sering disasar oleh pematok harga.

Akibatnya rasa lapar dan haus yang dirasakan umat Muslim saat berpuasa menjadi semakin berat oleh karen ditambah beban fikiran atas kebutuhan pokok yang harus dipenuhi ditengah harganya yang melonjak diambang batas kewajaran. Cukup mengherankan jika masalah ini yang terjadi berulang-ulang pada saat ramadhan tak kunjung dapat di selesaikan atau setidaknya ditangkal agar tak terjadi hal serupa di tahun berikutnya.

Apa yang penulis katakan tersebut bukanlah bermaksut untuk melebih-lebihkan, akan tetapi memang itulah yang dirasakan umat muslim di negara ini pada setiap bulan ramadhan dan tentu hal ini bukan lagi hal baru di Indonesia.

Mari kita perhatikan, daging yang merupakan salah satu menu yang dapat dikatakan wajib pada bulan ramadhan terutama di awal dan akhir puasa, selalu saja menunjukkan skala harga yang melonjak tinggi dari sewajarnya di saat ramadhan. Melonjaknya harga pada waktu yang selalu sama tentu saja menimbulkan kecurigaan dalam diri kita. Maka tidak aneh kalau kita beranggapan bahwa di negara ini masih banyak yang tega mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara tidak etis, atau istilah liberalnya invesible hand.

Nah, pada bulan puasa kali ini bersama bapak presiden Jokowidodo besar harapan dari seluruh masyarakat indonesia khususnya yang beragama Islam supaya beliau mampu mengubah pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakkan sebagaimana di tahun-tahun sebelumnya, yang paling utama mengenai masalah harga kebutuhan pokok. Kebijakan dari beliau yang dapat menangkal kenaikan harga bahan-bahan pokok tersebut tentu saja secara sadar atau tidak, akan sangat berpengaruh pada kualitas kita dalam berpuasa. Karena dari harga yang stabil masyarakat akan merasa nyaman dan tak gampang emosi dalam menjalankan ibadahnya. Sehingga bulan puasa kali ini merupakan bulan puasa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dan bulan yang benar-benar memberikan berkah pada kita semua. Semoga, dan amin...

Selamat menyambut bulan Ramdhan 1436 H, mohon maaf lahir batin dari saya pribadi beserta keluarga, Ahmad Suhaimi Nasution.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun