Mohon tunggu...
Ahmad Sirfi Fatoni
Ahmad Sirfi Fatoni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya seorang dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra, Kampus Universitas Negeri Makassar. Hobi saya adalah bermain sepak bola, futsal, catur, sepak takrow, bola voli, membaca, menulis, jalan-jalan, hang out, main playstation, menjelajah dan semacamnya. Minat keilmuan saya yaitu ilmu nahwu, sharaf, balagah, semantik dan sastra Arab. Saya suka menulis isu-isu terkait bahasa, sastra maupun wacana bahasa Arab. Di samping itu, saya juga tertarik untuk mengupas isu-isu terkini dan aktual baik terkait isu sosial, politik, ekonomi maupun budaya di level nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum MBKM di Negera Indonesia, Efektif atau tidak

11 Desember 2024   06:19 Diperbarui: 11 Desember 2024   06:19 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Indonesia telah menjadi salah satu inovasi dan kreasi besar dalam dunia pendidikan tinggi. Namun, efektivitasnya tergantung pada berbagai faktor, termasuk implementasi, kesiapan institusi, mahasiswa, dosen dan dukungan industri. Berikut adalah beberapa analisis tentang efektivitas kurikulum MBKM:

Kelebihan MBKM:

  1. Peningkatan Keterampilan Praktis
    MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja, seperti melalui magang, proyek di desa, atau program pertukaran. Hal ini memungkinkan mahasiswa memperoleh keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri.
  2. Fleksibilitas Kurikulum
    Mahasiswa dapat mengambil hingga 3 semester di luar program studi atau kampus asal, memberikan peluang untuk mengeksplorasi minat yang lebih luas.
  3. Link and Match dengan Dunia Industri
    Dengan adanya program seperti magang dan kolaborasi dengan industri, MBKM membantu menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan dunia kerja.
  4. Pengembangan Soft Skills
    Program seperti kewirausahaan dan proyek independen mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas, kepemimpinan, dan kemampuan beradaptasi.

Tantangan MBKM:

  1. Kesiapan Perguruan Tinggi
    Tidak semua kampus memiliki sumber daya atau kerjasama yang cukup untuk melaksanakan program MBKM secara optimal. Beberapa kampus, terutama di daerah, mungkin mengalami kendala dalam menyediakan program berkualitas.
  2. Kendala Administratif
    Proses administratif seperti konversi kredit mata kuliah, validasi program di luar kampus, dan monitoring sering menjadi tantangan.
  3. Kesetaraan Akses
    Mahasiswa di daerah terpencil sering kali memiliki akses terbatas terhadap program-program MBKM dibandingkan dengan mahasiswa di kota besar.
  4. Minimnya Sosialisasi terkait Kurikulum
    Tidak semua mahasiswa memahami manfaat dan teknis pelaksanaan MBKM dengan baik, sehingga ada resistensi atau kebingungan dalam mengikuti program tersebut, bahkan banyak dari mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan ketika sedang mengikuti program tersebut. Jadi jika dikonversi ke dalam sistem SKS, maka kemungkinan kampus akan mengkaji ulang terelebih dahulu, dalam artian apakah kegiatan mahasiswa ini layak atau tidak.

Efektivitas MBKM:

Secara umum, efektivitas MBKM bergantung pada:

  1. Pelaksanaan yang Terintegrasi
    Kampus yang berhasil mengintegrasikan program MBKM ke dalam kurikulum inti dan memiliki kerjasama yang luas dengan industri biasanya lebih efektif.
  2. Dukungan Pemerintah dan Industri
    Dukungan berupa regulasi yang jelas, dana pendamping, dan kerjasama industri memainkan peran penting dalam kesuksesan MBKM.
  3. Respons Mahasiswa
    Mahasiswa yang aktif memanfaatkan peluang MBKM, seperti magang dan kewirausahaan, biasanya merasakan manfaat nyata dalam bentuk keterampilan kerja dan wawasan praktis.

Memang benar bahwa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Program ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas kepada mahasiswa dalam mengeksplorasi pengalaman belajar di luar program studi utama mereka, termasuk magang, pertukaran pelajar, proyek desa, penelitian, studi independen hingga kewirausahaan. Namun, efektivitas implementasi MBKM masih menghadapi beberapa tantangan dan rintangan yang bervariasi di setiap perguruan tinggi di negara Indonesia.

Beberapa faktor yang memengaruhi efektivitas MBKM di berbagai perguruan tinggi meliputi:

  1. Kesiapan Institusi
    Tidak semua perguruan tinggi memiliki sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pelaksanaan MBKM, seperti kemitraan dengan industri, pengelolaan program magang, atau pengembangan kurikulum berbasis MBKM.
  2. Perbedaan Tingkat Adopsi
    Perguruan tinggi terkemuka dengan sumber daya yang lebih baik cenderung lebih siap mengimplementasikan MBKM dibandingkan dengan perguruan tinggi di daerah terpencil yang masih terkendala oleh keterbatasan tenaga pengajar, akses industri, dan dukungan teknologi.
  3. Persepsi Mahasiswa dan Dosen
    Tidak semua mahasiswa dan dosen memahami atau menerima konsep MBKM dengan baik. Perubahan kurikulum dan metode pembelajaran sering kali membutuhkan adaptasi yang signifikan.
  4. Kemitraan dengan Industri dan Pihak Luar
    Efektivitas MBKM sangat bergantung pada keberhasilan perguruan tinggi dalam menjalin kerja sama dengan mitra eksternal, baik itu perusahaan, organisasi nirlaba, maupun pemerintah.
  5. Pengukuran Hasil dan Dampak
    Masih ada tantangan dalam mengukur keberhasilan MBKM, termasuk bagaimana pengalaman mahasiswa dalam program-program MBKM benar-benar meningkatkan kompetensi kerja mereka dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Untuk memaksimalkan potensi MBKM, beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Penguatan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi.
  • Pelatihan dan pendampingan kepada dosen dan mahasiswa.
  • Peningkatan infrastruktur digital untuk mendukung pembelajaran lintas lokasi.
  • Pengembangan mekanisme evaluasi yang lebih komprehensif.

MBKM adalah langkah progresif, tetapi keberhasilannya membutuhkan komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan tinggi, sehingga menghasilkan luaran yang kredibel, kompeten dan handal dalam berbagai aspek.

Kesimpulan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun