Para kyai, sebagai figur otoritas di MA D-Baito Sunan Plumbon, juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan antara inovasi pendidikan dan tradisi keagamaan. Mereka harus memastikan bahwa fleksibilitas Kurikulum Merdeka tidak mengorbankan nilai-nilai utama yang dijunjung oleh pesantren.
- Studi Kasus: Penerapan Kurikulum Merdeka di MA D-Baito Sunan Plumbon
Di MA D-Baito Sunan Plumbon ini, peserta didik tidak hanya belajar tentang agama melalui metode tradisional seperti halaqah (diskusi keagamaan), tetapi juga terlibat dalam proyek-proyek penelitian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik didorong untuk mengembangkan solusi kreatif terhadap masalah lingkungan di sekitar pesantren, seperti pengolahan sampah atau pemanfaatan energi terbarukan. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya memahami ilmu agama secara teoretis, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Simpulan
Pendidikan di MA D-Baito Sunan Plumbon berbasis pesantren dengan penerapan Kurikulum Merdeka adalah contoh bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Dengan memadukan pendidikan agama yang mendalam dan keterampilan abad 21 yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka, MA D-Baito Sunan Plumbon dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menghadapi tantangan global.Â
Namun, keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka di pesantren tergantung pada bagaimana guru, kyai, dan peserta didik dapat beradaptasi dengan perubahan ini. Dibutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah, pesantren, dan masyarakat untuk memastikan bahwa MA D-Baito Sunan Plumbon tetap menjadi lembaga pendidikan yang relevan dan berkualitas di era modern ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H