Mohon tunggu...
Ahmad Saichu
Ahmad Saichu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa INISNU Temanggung

Menulis, Membaca, Tertarik pada Politik dan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merdeka Belajar, Mewujudkan Kurikulum PAI Moderat yang Dinamis dan Inklusif

5 Juli 2024   23:14 Diperbarui: 6 Juli 2024   02:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, sistem pendidikan Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Konsep "Merdeka Belajar" yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, menjadi salah satu langkah strategis untuk menghadirkan pendidikan yang lebih fleksibel dan relevan. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), konsep ini sangat penting untuk membentuk kurikulum yang moderat, dinamis, dan inklusif. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana Merdeka Belajar dapat diimplementasikan dalam kurikulum PAI guna menciptakan pembelajaran yang adaptif dan mendalam.

Pendidikan Agama Islam di Era Digital

Generasi Z dan Alpha, yang saat ini mendominasi bangku sekolah, dikenal sebagai digital natives yang sangat akrab dengan teknologi. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022, 98% dari generasi ini menggunakan internet setiap hari. Akses yang luas terhadap informasi menuntut adanya pendekatan baru dalam pendidikan agama yang lebih engaging dan kontekstual. Kurikulum PAI harus mampu menjawab kebutuhan ini dengan menawarkan materi yang tidak hanya berbasis teks, tetapi juga berbasis pengalaman dan aplikasi nyata.

Merdeka Belajar: Konsep dan Implementasi

Konsep Merdeka Belajar menekankan pada fleksibilitas dalam proses pembelajaran, memberikan kebebasan kepada siswa dan guru untuk menentukan cara belajar yang paling efektif. Dalam PAI, ini dapat diimplementasikan melalui beberapa cara:

  • Pembelajaran Berbasis Proyek

Mengadopsi pendekatan Project-Based Learning (PBL), siswa dapat diberikan proyek yang mengintegrasikan ajaran agama dengan isu-isu kontemporer seperti lingkungan, kemanusiaan, dan teknologi. Misalnya, proyek tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup dapat dikaitkan dengan ajaran Islam tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.

  • Pemanfaatan Teknologi

Penggunaan teknologi seperti aplikasi pembelajaran, video edukasi, dan platform diskusi online dapat membuat pembelajaran PAI lebih interaktif dan menarik. E-learning juga memungkinkan akses ke sumber belajar yang lebih luas dan beragam.

  • Pendekatan Inklusif

Pendidikan agama harus mencerminkan nilai-nilai inklusivitas dan moderasi. Hal ini penting untuk membangun sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Kurikulum PAI harus menyertakan materi yang mengajarkan pentingnya menghormati keberagaman dan memahami berbagai mazhab dalam Islam serta agama lain.

Tantangan dan Solusi

Implementasi Merdeka Belajar dalam kurikulum PAI tidak tanpa tantangan. Beberapa di antaranya termasuk:

  • Kesiapan Guru

Banyak guru yang belum siap dengan perubahan ini, baik dari segi kemampuan mengintegrasikan teknologi maupun mengembangkan metode pengajaran yang inovatif. Pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi guru.

  • Fasilitas dan Infrastruktur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun