yang pertama kali kucari adalah sapu bulu atau kemoceng. Setelah menemukannya, kubersihkan meja dan kursi tempatku duduk. Dalam hatiku terbersit rasa "Beginilah sehari-hari yang akan kutemui selama aku bertugas di sini."Â
Setiap datang ke sekolah bukannya duduk dan mengatur napas membuang rasa lelah setelah berkendara dari rumah naik ke tempat tugas. Setiap datang ke sekolah, maka sapu bulu dan sapu lantai akan menjadi tujuan ketika baru sampai. Entah aku maupun teman yang lain yang duluan datang, maka menyapu ruang kantor adalah keniscayaan.Â
Setelah ruang guru dan kepala sekolah aku sapu bersama rekan guru yang lain, yang aku lakuikan pada hari pertama adalah membersihkan sekitar halaman sekolah.Â
Sekitar dua belas orang anak yang masuk pada hari pertama, kuajak mereka untuk bersama-sama membersihkan halaman sekolah. Ranting-ranting kayu yang tidak teratur di depan halaman sekolah aku tebang bersama guru dan siswaku. Setelah banyak  ranting yang potong bersama siswa di buang di tempat yang sudah disediakan. Setelah itu dibakar.Â
Hatiku merasa terhibur dengan melakukan aktivitas membersihka lingkungan sekolah bersama siswa. Tampak halaman menjadi agak bersih. Namun, sayang sekali setelah memandang ke segala arah di halaman sekolahku terdapat patok-patok tempat mengikat sapi. Selain ada patok, kotoran sapipun berserakan di sana sini.Â
Beginilah nasib sekolahku. Setiap hari kala sekolah tutup dijadikan sebagai tempat mengembalakan sapi. Apa yang harus kuperbuat karena selama ini, penduduk di sekitar sekolah memang agak cuek terhadap keberadan dan keselamatan sekolah.Â
Selama membersihkan halaman sekolah, walaupun hanya beberapa orang siswa mereka tetap semangat untuk bekerja. Hatiku kembali merasa terhibur. Dalam suasana yang sepi terdapat kenyamanan sebagai imbal baliknya. Namun, namanya manusia menemukan sekolah yang normal adalah sebuah impian.
Setelah beberapa lama ngobrol dengan guru lain, tiba-tiba datang seorang perempuan paruh baya membawa seorang anak perempuan untuk didaftarkan di sekolahku.Â
Ada perasaan senang sejenak. Namun, rasa senang itu tiba-tiba hilang entah ke mana bak ditelan bumi. Betapa tidak menghilang, anak perempuan calon siswa baru itu ternyata ada masalah besar dengan identitas dirinya.Â