Pada pagi hari ini beliau telah melakukan wawancara dengan Profesor Suyanto, Ph.D. Dalam kesempatan itu, beliau menyuarakan rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh guru-guru yang masih mengabdi terutama guru-guru yang berasal dari madrasah. Beliau dengan berani mengungkapkan sesuai fakta dan informasi yang diterima dari peserta bahwa selama ini guru madrasah dihonor Rp.250.000 perbulan. Honor yang begitu kecil itu tidak diterima setiap bulan tetapi diterima setiap tiga bahkan enam bulan sekali. Selain dengan kecilnya honor guru, beliau juga menyuarakan terkait dengan kesenjangan jumlah guru yang ditugaskan di sekolah-sekolah sekitar lokasi kegiatan. Beliau berharap pemerintah pusat maupun daerah harus bertanggung jawab dalam memberikan segala bentuk pemenuhan terhadap dunia pendidikan di Aik Mual dan sekitarnya. Selama ini jumlah guru yang ada di sekolah terpinggirkan seperti di Dusun Aik Mual sangat jauh dari cukup. Dengan kekurangan guru tersebut tentu untuk memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal di Dusun Aik Mual sulit untuk dipenuhi.Â
Selanjutnya sebagai akhir dari kegiatan workshop, narasumber menugaskan semua peserta untuk membuat karya tulis terkait pengalaman selama mengikuti kegiatan. Selain menulis pengalaman, peserta diberikan kebebasan menulis apa saja selama berkaitan dengan dengan kegiatan selama tiga hari ini. Termasuk menulis terkait dengan harapan-harapan peserta kepada pemerintah untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan kepada guru-guru yang mengabdi di sekolah swasta dalam hal ini madrasah. Selain kesejahteraan guru, peserta juga boleh meminta kepada pemerintah terkait untuk memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Demikian tulisan yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat untuk saya pribadi dan kita bersama.
Saya GuruÂ
Saya PGRIÂ
Saya IndonesiaÂ
NKRI harga matiÂ
Salam Literasi
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H