Mohon tunggu...
Ahmad Sahudin
Ahmad Sahudin Mohon Tunggu... Guru - Kepala SDN 2 Sekotong Timur
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya adalah seorang guru yang suka mengekspresikan diri dengan foto-foto dan jalan-jalan menikmati keindahan alam.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pengalaman Pertama di Candi Borobudur

23 Juni 2022   20:23 Diperbarui: 23 Juni 2022   20:28 4065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu,18 Desember 2021

Hari itu saya bersama rekan-rekan menyempatkan diri berkunjung ke Candi Borobudur. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama saya ke sana. Itupun karena sejak tanggal 13-17 Desember 2021 saya bersama 71 orang Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Lombok Barat mengikuti Pelatihan Pembuatan Portofolio Digital yang diadakan oleh PPPPTK PKn dan IPS yang diselenggarakan di Kota Malang. Bisa dibayangkan jarak Kota Malang dan Magelang di mana Candi tersebut berdiri. Namun karena ada ingin jalan-jalan ke Sleman dan Yogyakarta menggunakan kereta api, akhirnya menggunakan kesempatan itu menyaksikan langsung situs sejarah peninggalan raja-raja Syailendra tersebut.

dokpri
dokpri

Ketika sampai di tempat parkiran candi, saya dan rombongan turun dari kendaraan dan langsung mengamati dan mempelajari situasi yang ada saat itu. Sebagai seorang yang pertama kali datang ke sana tentu tidak serta merta bisa mengetahui alur menuju candi. Karena saat itu musim pandemi masih meraja lela, saya tidak bisa langsung masuk. Kelengkapan persyaratan perjalanan dicek dengan ketat. Saya pun menyodorkan hasil rapid antigen yang secara otomatis sudah terekam di aplikasi peduli lindungi yang ada di ponsel. Setelah dinyatakan memenuhi syarat, oleh petugas saya dan rombongan dipersilakan masuk melalui pintu yang sudah ditentukan. Sesampai di ring berikutnya, saya harus mengantri lagi untuk membeli tiket masuk. Karena jumlah pengunjung saat itu sangat banyak, saya mengantri agak lama untuk mendapat giliran membeli tiket. Setelah saatnya dapat giliran, saya pun segera bergegas menuju petugas loket penjualan karcis. Kalau tidak salah saat itu harga karcis Rp. 50.000,-.

dokpri
dokpri

Tanpa sabar ingin segera sampai di pelataran candi saya bergegas berjalan bersama salah seorang rekan CGP. padahal saat itu saya ke sana bersama tujuh rekan yang lain. Kami pun terpisah. Hanya kami berdua yang bersamaan berjalan ke candi, sedangkan enam orang lainnya terpisah dengan saya. Selama di perjalanan menuju candi saya mengambil foto diri sendiri dengan bergiliran dengan seorang rekan. Rupanya untuk sampai di candi membutuhkan lumayan energi karena lumayan jauh dan posisinya agak di atas bukit. Selama di perjalanan, saya banyak berpasasan dan beriringan dengan orang-orang dari daerah lain. 

Setelah sampai di candi saya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Saya langsung meminta rekan untuk mengambil foto-foto di beberapa bagian candi. Sayang sekali saat itu, sejak awal berniat ingin mengabadikan momen bersejarah itu dengan berswa foto di stupa-stupa yang ada di puncak candi menjadi gagal. Hal itu dikarenakan pihak pengelola tidak membolehkan pengunjung untuk naik ke atas candi. 

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

setelah beberapa lama, rombongan yang lain tiba di candi. Mereka datang terlambat karena rupanya mereka menyempatkan diri bersepeda ria sebelum naik ke atas candi. Setelah saya berkumpul dengan tujuh orang lainnya, saya pun berfoto berdelapan. Setelah itu saya dan mereka mengelilingi candi lagi sambil sesekali berdiam diri untuk melihat-melihat susana di sekitar candi dan memandang jauh ke segala arah. Karena waktu sholat zohor sudah agak larut, saya dan salah seorang rekan meminta ijin duluan untuk menyudahi menikmati kemegahan candi dan segera turun untuk mencari tempat sholat. 

sesampai di bawah saya sempat mengambil foto  sebelum sampai di tempat sholat yang letaknya lumayan jauh, Sesampai di tempat sholat, saya saya mengambil air wudlu dan segera sholat. Perasaan pun menjadi agak tenang karena kewajiban sholat sudah saya tunaikan. Setelah beberapa lama, rekan-rekan yang lain juga turun dan sepakat untuk mencari tempat makan. Setelah menemukan tempat makan yang pas, saya dan rekan-rekan memesan makanan sesuai dengan selera masing-masing. Ada hal aneh dan lucu saat memesan makanan. Makanan yang dipesan namanya aneh dan keren, tetapi setelah melihat kenyataannya ada perasaan semacam sedikit kecewa. tapi yang namanya di daerah asing, saya dan rekan-rekan menerima saja.

dokpri
dokpri

selama saya makan, banyak sekali para penjajan oleh-oleh khas Candi Borobudur mulai dari souvenir hingga pakaian. Mereka dengan penuh rayuan menawarkan dagangannya kepada saya dan teman-teman. Pada kesempatan itu saya sempat membeli enam potong baju kaos seharga seratusan ribu, polpen khas Candi Borobudur seharga lima belasan ribu, dan topi blankon khas Jogja seharga empat puluh limaan ribu.

Tak terasa waktu sudah agak siang menjelang sore. Saya dan rekan-rekan segera meninggalkan Candi Borobudur untuk kembali ke Sleman. Saya merasa sedikit khawatir dengan waktu yang sudah mepet karena setelah sholat isya' saya dan rekan-rekan harus berada di stasiun kereta api yang ada di Yogyakarta untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Gubeng di Surabaya. Sekitar jam lima sore saya dan rekan-rekan tiba di rumah tempat saya menginap semalam bersama rekan-rekan.Tempat itu merupakan rumah orang tua salah seorang rekan CGP yang berassal dari Sleman. Saya segera sholat ashar dan setelahnya berkemas-kemas untuk persiapan pulang kampung melalui Stasiun Lempuyangan yang ada di Yogyakarta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun