Sabtu,18 Desember 2021
Hari itu saya bersama rekan-rekan menyempatkan diri berkunjung ke Candi Borobudur. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama saya ke sana. Itupun karena sejak tanggal 13-17 Desember 2021 saya bersama 71 orang Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Lombok Barat mengikuti Pelatihan Pembuatan Portofolio Digital yang diadakan oleh PPPPTK PKn dan IPS yang diselenggarakan di Kota Malang. Bisa dibayangkan jarak Kota Malang dan Magelang di mana Candi tersebut berdiri. Namun karena ada ingin jalan-jalan ke Sleman dan Yogyakarta menggunakan kereta api, akhirnya menggunakan kesempatan itu menyaksikan langsung situs sejarah peninggalan raja-raja Syailendra tersebut.
Ketika sampai di tempat parkiran candi, saya dan rombongan turun dari kendaraan dan langsung mengamati dan mempelajari situasi yang ada saat itu. Sebagai seorang yang pertama kali datang ke sana tentu tidak serta merta bisa mengetahui alur menuju candi. Karena saat itu musim pandemi masih meraja lela, saya tidak bisa langsung masuk. Kelengkapan persyaratan perjalanan dicek dengan ketat. Saya pun menyodorkan hasil rapid antigen yang secara otomatis sudah terekam di aplikasi peduli lindungi yang ada di ponsel. Setelah dinyatakan memenuhi syarat, oleh petugas saya dan rombongan dipersilakan masuk melalui pintu yang sudah ditentukan. Sesampai di ring berikutnya, saya harus mengantri lagi untuk membeli tiket masuk. Karena jumlah pengunjung saat itu sangat banyak, saya mengantri agak lama untuk mendapat giliran membeli tiket. Setelah saatnya dapat giliran, saya pun segera bergegas menuju petugas loket penjualan karcis. Kalau tidak salah saat itu harga karcis Rp. 50.000,-.
Tanpa sabar ingin segera sampai di pelataran candi saya bergegas berjalan bersama salah seorang rekan CGP. padahal saat itu saya ke sana bersama tujuh rekan yang lain. Kami pun terpisah. Hanya kami berdua yang bersamaan berjalan ke candi, sedangkan enam orang lainnya terpisah dengan saya. Selama di perjalanan menuju candi saya mengambil foto diri sendiri dengan bergiliran dengan seorang rekan. Rupanya untuk sampai di candi membutuhkan lumayan energi karena lumayan jauh dan posisinya agak di atas bukit. Selama di perjalanan, saya banyak berpasasan dan beriringan dengan orang-orang dari daerah lain.Â
Setelah sampai di candi saya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Saya langsung meminta rekan untuk mengambil foto-foto di beberapa bagian candi. Sayang sekali saat itu, sejak awal berniat ingin mengabadikan momen bersejarah itu dengan berswa foto di stupa-stupa yang ada di puncak candi menjadi gagal. Hal itu dikarenakan pihak pengelola tidak membolehkan pengunjung untuk naik ke atas candi.Â
setelah beberapa lama, rombongan yang lain tiba di candi. Mereka datang terlambat karena rupanya mereka menyempatkan diri bersepeda ria sebelum naik ke atas candi. Setelah saya berkumpul dengan tujuh orang lainnya, saya pun berfoto berdelapan. Setelah itu saya dan mereka mengelilingi candi lagi sambil sesekali berdiam diri untuk melihat-melihat susana di sekitar candi dan memandang jauh ke segala arah. Karena waktu sholat zohor sudah agak larut, saya dan salah seorang rekan meminta ijin duluan untuk menyudahi menikmati kemegahan candi dan segera turun untuk mencari tempat sholat.Â