PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
Pertemuan Ke-5, Gelombang 26
Narasumber   : Dra. E. Hasanah, M.Pd
Moderator    : Dail Ma'ruf
Tema        : Gairah Menulis Puisi
Gairah Menulis Puisi
Sepanjang hari ini, aku seolah tak ingin beraktivitas apapun. Pikiran dan ragaku seakan tidak berdaya. Namun apa boleh buat, di pagi hari dengan suasana yang sangat dingin sebagai dampak dari hujan siang hingga malam kemarin, saya harus memuncak demi sebuah panggilan tugas. Dalam perjalanan, hati kalut dibumbui jalan berlumpur dan terkadang sedikit terjal tanpa aspal membuatku terlena. Namun, semangat masih tersisa untuk menjalani kewajibanku memimpin jalannya ekosistem pendidikan di tempat tugasku.
Tak terasa bahwa malam ini adalah malam pertemuan ke-5 pelatihan belajar menulis PGRI, akupun berusaha mengikutinya. Dari awal sampai dengan entah sampai mana aku mengikutinya. Tiba-tiba saja aku tersadar dari ketiduran dan segera meraih computer yang masih menyala. Aku teringat bahwa aku sedang mengikuti pelatihan. Segera kubuka wa, eh ternyata sudah ada teman yang mengirim resume pertemuan ke-5 malam ini.
Ibu narasumber dan moderator yang terhormat, maafin saya karena kurang dari setengah kegiatan malam ini ternyata saya dalam keadaan tanpa sadar ketiduran. Setelah bangun saya menyemangti diri, tantangan membuat puisi harus saya buat dan kirim walau sudah lewat. Akhirnya puisi dari hasil imajinasi dadakan setelah bangun dari ketiduranpun jadi walau pada dasarnya jauh dari sempurna karena memang saya bukan seorang yang pandai berpuisi apalagi membuat puisi.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam kenal saya Ahmad Sahudin, S.Pd
Tugas di mengajar di SDN 2 Sekotong Timur Kabupaten Lombok Barat
Selamat berjumpa kembali rekan-rekan guru se-Nusantara dalam kegiatan pelatihan menulis PGRI. Malam ini tak terasa kita sudah sampai pada pertemuan ke-5. Dalam pertemuan ini panitia memberikan tema "Gairah Menulis Puisi". Bagi saya ini adalah sebuah tema yang cukup menarik dan menantang bagi saya. Karena selama ini saya dalam berpuisi sangat kurang sekali. Terlebih lagi saya adalah seorang yang kelihatan pendiam sekaligus pemalu. Tentu saja berdampak pada kemampuan berpuisi.
Pada kesempatan kali ini, kegiatan dipandu oleh narasumber luar biasa yang cantik Ibu Dra. E Hasanah, M.Pd bersama moderator yang gagah nan komunikatif Bapak Dail Ma'ruf. Moderator mulai menyapa para peserta dengan sapaan khas beliau, setelah itu menyapa sang narasumber yang sangat dinanti oleh semua peserta pe;atihan.
Ibu Dra. E. Hasanah, M. Pd, seorang ibu dari 3 anak yang lahir di Kota Sukabumi, 10 Agustus 1967. Beliau mengenyam pendidikan di beberapa kota, yaitu Sukabumi, Bogor, dan Bandung. Pendidikan terakhir beliau adalah Pascasarjana program studi Manajemen Pendidikan dan Administrasi Pendidikan. Sekarang beliau sedang menyelesaikan Pascasarjana (S3) Ilmu Pendidikan. MasyaAllah, saya sangat kagum dengan semangat beliau dalam menuntut ilmu. Long life education beliau luar biasa.
Narasumber hari ini tak kalah prestasinya dengan narasumber pertemuan sebelumnya. Pengelola kursus berprestasi, pengawas berprestasi, penerima anugerah guru dan GTK Kemenag berprestasi, dan masih banyak lagi prestasi beliau. Karya-karya beliau pun sungguh menginspirasi ada buku solo, dan antologi. Sungguh menginspirasi dan malu, karena saya tidak seproduktif beliau.
Setelah narasumber memperkenalkan diri, sang moderatorpun mempersilakan untuk segera masuk ke penyampaian materi. Adapun materinya adalah "Gairah dalam Menulis Puisi".
Rahasia dalam menulis termasuk dalam menulis puisi adalah adanya gairah menulisnya. Lalu apa pengertian dari gairah itu? Gairah artinya keinginan (hasrat, keberanian) yang kuat, bersemangat. Menulis artinya aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa atau menulis juga melahirkan pikiran atau persaan lewat bahasa. Jadi gairah menulis menunjukkan pada aktivitas mengungkapkan keinginan yang kuat untuk mengungkapkan gagasan dan melahirkan pikiran atau perasaan lewat bahasa.
Pengertian puisi menurut KBBI
- Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
- Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusu.
- Sajak.
Pengertian Puisi
Berbentuk : baris -bait
Diksi      : pemilihan kata indah dan penuh makna
Majas     : Bahasa kipas untuk mengungkapkan isi hati penyair
Rima      : persamaan bunyi dibaris/akhir baris untuk memunculkan keindahan bunyi
Jenis-jenis Puisi
Puisi lama: puisi yang masih terikat aturan-aturan
Puisi baru yaitu puisi yang tidak terikat dengan aturan
Narasumber menjelaskan bahwa puisi lama bercirikan:
Nama pengarang tidak diketahui.
Berupa sastra lisan yang penyampaian nya dari mulut ke mulut.
Terikat aturan.
Jenis puisi lama
Mantra :Ucapan yang dipercaya mengandung kekuatan ghaib
Contoh: mantra untuk mengobati orang dari makhluk halus.
Sihir lontar pinang lontar
Terletak diujung bumi
Setan buta jembalang buta
Aku sapa tidak berbunyi
Pantun : Puisi yang bercirikan bersajak a b c d, setiap bait terdiri dari 4 baris dan ditiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran sedangkan 2 baris lainnya sebagai isi.
Seloka
Talibun
Jenis-jenis Puisi Baru:
Balada (puisi kisah/cerita)
Himne (puisi pahlawan, ketuhanan)
Ode (puisi sanjungan)
Epigram (puisi kehidupan)
Romansa (puisi percintaan)
Elegi (puisi sedih)
Satire (puisi sindiran)
Contoh pantun
Nulisnya harus begini:
Asam gendis asam gelugur,
kedua asam siang meriang,
mayat menangis di dalam kubur,
teringat badan tidak sembahyang.
Untuk pemula biasanya lebih disukai puisi bebas karena si penulis bebas menuliskan isi hatinya.
Setelah materi selesai disampaikan, Nara sumber memberikan tantangan untuk para peserta yakni menulis puisi bebas.
Alhamdulillah walaupun saya tidak bisa mengikuti sampai dengan sesi terakhir karena ketiduran, saya banyak mendapat ilmu terkait dengan puisi. Saya mendapat inspirasi terutama sekali dari narasumber, moderator, dan juga dari rekan-rekan peserta lain yang yang tergabung dalam group ini.
Adapun tantangan membuat puisi malam bisa saya penuhi, walaupun puisi yang saya buat sangat sederhana yang masih jauh dalam memenuhi syarat perpuisian. Puisi yang saya buat adalah sekilas dari peristiwa yang kualami beberapa bulan lalu yang benar-benar kualami sendiri. Adapun puisi saya sebagai berikut.
Ku Hindari Ku Dapati
Suatu hari
Tak sengaja tangan ini
Meraih hp nan terrgeletak di pembaringan
Seorang yang tak kukenal bertanya
Pak....
Kapan?
Ah ibu ini ....!
Ada saja!
Kalau kepala rumah tangga ya...?
Karena tak kusadari
Spontan kualihkan issu
Ya Bu ....
Suatu saat nanti
Kan ku datang
Namun tak sendiri
Kan kuberi apa yang kau mau
Aku pun menyudahi
Seminggu berlalu
Yang kuharap akan membersamaiku
Menemui sang ibu guru
Eh malah memberi selamat
Aku hanya menggeleng
Ah ada saja!
Tiada itu
Mana mungkin?
Pokoknya selamat dah!
Aku pun terdiam
Larut dalam pikir
Kucoba renungi sesaat
Kok pesan Bu guru sama ya dengan pesan pak guru seperjuanganku
Mereka kan dari dua yang berbeda
Ya berbeda
Mereka bahkan jarang bersua
Satu di puncak nan jauh
Sedangkan yang satu?
Hemmmm ada apa?Tidak mungkinlah
Dalam kegalauan
Kukaitkan
Astagfirullah
Tidak
Tidak
Tidak
dalam benakku berucap sekali lagi ..tidak!
Dalam penasaran
Kucoba pongah
Semacam ke ge eran
Tanganku mencoba
Menari di atas layar hp
Merajut kalimat tanya
Yang tak mesti
Kepada orang yang semesti
Rupanya memang benar
Aku pun mencoba berani
Terucap kata
Bapak ....
Saya belum siap
Alasan demi alasan
Aku coba beri
Kata insyaAllah pun kudapati
Suatu siang
Ntah apa yang terjadi
Tiba-tiba di luar kesengajaan
Seperti biasa tangan ini meraih hp
Seakan dipandu
Kok tiba-tiba
Masuk di FB
Ternyata di Lobarku
Ada pengukuhan
Akupun larut karena penasaran
Oh ternyata dua yang kutakuti sudah terpenuhi
Dalam benakku
Alhamdulillah
Doa ku seakan diijabah
Aman sudah
Saat itu aku menjadi tenang
....
Dua tiga hari ke depan
Saatku sholat di Mushalla
Tiba-tiba adikku berucap sesuatu
Ya sesuatu yang membuat hati ini
Rapuh
Sejak itu
Galau mulai menyertaiku
Suatu siang menjelang sore
Kuterbangun dari tidur siangku
Spontanitas tangan meraih hp
Betapa hati dan perasaan ini tak menentu
Dalam pesan wa
Tampak jelas sepucuk surat dengan identitas resmi terpatri namaku
Perlahan kubuka
Ini pastilah panggilan
Panggilan yang seratus persen terkait apa yang terucap oleh adikku
Akhirnya kubuka sepenuhnya
Yang ku khawatirkan pasti sudah... tidak ada lain
Waktu terasa lama sekali berputar
Tanpa pikir panjang
Segera ku meluncur mencari tahu hingga ketemu
Setelah waktu berlalu tanpa mundur
Kusodorkan sepucuk surat dalam wa
Tanpa pikir panjang
Sang PP bertanya kepada yang mpunya
Benarkah yang tercantum ini?
Aku mulai gelisah
Mencoba menolak
Namun tidaklah berdaya
Benar sekali
Rupanya aku harus manut
Sebelumnya yang kuhindari terlewati
Namun yang paling tidak kuharapkan malah kudapati
Hanya mampu pasrah dan menyerah
Biarlah sudah
Ini adalah awal
Awal dalam sebuah perjalan karir
Suatu saat nanti bahagia pasti datang
Entah kapan waktunya
Sekarang hanya mampu menunggu
Menunggu yang belum pasti
Demikian resume pertemuan ke-5 ini saya buat semoga bermanfaat bagi saya dalam mengasah kemampuan saya dalam menulis puisi. Dan tentunya di sekolah akan saya tularkan kepada murid-murid saya. Aamiin
Wassalamualaikum wr. wb.
Salam Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H