Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menziarahi Sunan Gunung Jati

29 Januari 2025   10:57 Diperbarui: 30 Januari 2025   18:30 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah terlaksana ziarah Walisongo. Tanggal 25-28 Januari 2025 bersama Pengurus Wilayah Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (PW IJABI) Jawa Barat. Mulai dari Sunan Gunung Jati di Cirebon hingga berakhir di Syaikh Kholil Bangkalan, Madura.

Perjalanan dari Bandung dini hari berhenti di Masjid Cipta Rasa. Di sini kami shalat shubuh jamaah. Masjid ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati (1448-1568 M.) sebagai sarana ibadah dan pertemuan dengan rakyat. Bagian dalam masjid ada ruangan tertutup untuk keluarga kraton dan keturunan Sunan Gunung Jati. Pada hari jumat mereka masuk dan keluar saat selesai. Di dalamnya ada tiang dari pohon jati, mimbar, cempor, dan ruang imam memimpin shalat dengan bahan marmer. Dalam ruangan ini kami shalat sunah dan memanjatkan doa.

Sunan Gunung Jati adalah waliyullah yang pertama dikunjungi. Makamnya berlokasi di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat.

Wali yang juga Raja Kesultanan Cirebon ini keturunan Prabu Siliwangi Kerajaan Pajajaran. Dari garis ibunya yaitu Rara Santang yang menikah dengan Syarif Abdullah Maulana Huda, seorang bangsawan dari Palestina. Menikah saat menunaikan ibadah haji.

Rara Santang adalah putri Prabu Siliwangi dari permaisuri Subanglarang yang beragama Islam. Ibunya merupakan santri Syaikh Quro di Karawang. Sunan Gunung Jati memiliki nama Syarif Hidayatullah.

Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa Barat, terjadi perang antara Pajajaran dan Kesultanan Cirebon. Dikisahkan terjadi adu kesaktian cucu melawan kakeknya. Sang kakek mengalami kekalahan dan mengubah wujud menjadi harimau kemudian pergi ke Garut selatan. Singkatnya kekuasaan di Jawa Barat abad 15-16 Masehi dipegang Kesultanan Cirebon. Saat Batavia dikuasai Portugis bekerjasama dengan sisa-sisa kekuatan Pajajaran, Kesultanan Cirebon dibantu pasukan Raden Fatah (penguasa Demak) atas saran Sunan Kalijaga untuk bersama-sama mengusir bangsa asing dari negeri Nusantara.

Area makam berada di puncak Gunung Jati. Ornamen kubah makam (dzarih) dengan kayu jati. Dari bawah menuju makam menaiki anak tangga melewati makam sekitarnya dan gapura dari keramik khas Cina dan arsitektur Hindu. Peziarah yang tidak dapat restu pihak keraton (Kesultanan Cirebon/Keluarga) hanya sampai pintu. Sedangkan yang dapat restu bisa masuk ke dalam, termasuk rombongan kami dari Bandung.

Di Gunung Jati ini juga ada tempat ziarah kaum Tionghoa. Istri dari Sunan Gunung Jati adalah putri dari Cina yang konon masih menganut agama leluhurnya.

Masih satu kompleks, tokoh Islam di Cirebon sebelum Sunan Gunung Jati adalah Syaikh Nur Jati. Beliau yang membuka hutan jati menjadi lahan pesantren dan memulai produksi terasi dari rebon (udang kecil).

Dari tempat aktivitas Syaikh Nur Jati ini konon muncul nama Cirebon. Syaikh Nur Jati dihubungkan dengan sosok Pangeran Cakrabuana dari Kerajaan Pajajaran. Masuk Islam karena interaksi dengan pedagang Muslim yang singgah kemudian menjadi gurunya.

Selanjutnya Syaikh Nur Jati menyebarkan Islam di Cirebon. Semakin eksis ketika Sunan Gunung Jati datang ke Cirebon melanjutkan dakwah sampai membentuk Kesultanan.

Area menuju makam Sunan Gunung Jati dipenuhi pedagang souvenir dan makanan khas Cirebon. Ada yang jual baju, kaos, serban, cincin, senjata tajam, buah buahan, dan pengemis berjejer sepanjang jalan menuju Astana Gunung Jati. Bahkan hingga pintu makam Waliyullah pun ada yang meminta sedekah.

Sekadar tambahan bahwa di Cirebon ada tokoh bernama Syaikh Abdul Jalil alias Syaikh Siti Jenar. Sosok waliyullah ini secara paham agama berbeda dengan Walisongo. Lokasi makamnya di Kemlaten, Kelurahan Harjamukti Kota Cirebon. Kami tidak ke lokasi tersebut karena tidak ada dalam rencana.

Selanjutnya kami bergerak menuju wali yang berada di Demak.*** (ahmad sahidin)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun