Qum. Di kota santri ini kami berkunjung ke rumah Imam Khumaini. Syukur kepada Allah bahwa penginapan kami di Qum tidak jauh dari Haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah. Sekira 500 meter. Kemudian kami menziarahi Sayyidah Fathimah Ma'shumah, berdoa, dan melafalkan ayat suci Alquran. Sekitar haram terdapat majelis ilmu bersama para ulama, pusara para ulama, majelis Alquran, air minum dan roti gratis, dan menunaikan shalat fardhu berjamaah.Â
Selanjutnya kami bergerak menuju kotaDengan area yang luas, tiap tempat bisa menyelenggarakan shalat berjamaah. Terasa teduh, nyaman, dan kalau lagi sendirian bisa sambil tafakur. Beberapa titipan doa dan salam, saya sampaikan di makam Sayyidah Fathimah Ma'shumah. Seperti "magnet", kalau sudah dari haram dan tiba di penginapan, muncul keinginan untuk kembali ke haram melakukan ziarah dan menikmati suasana haram. Ada rasa bahagia dalam hati saat melihat aktivitas keagamaan di haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah. Mengikuti shalat fardhu berjamaah, membaca dzikir dan doa, membaca dan menikmati lantunan ayat Alquran, dan ziarah ke makam-makam ulama.
Masih di Qum, kami menziarahi rumah sekaligus mihrab Sayyidah Fathimah Ma'shumah, saudara dari Imam Ali Ar-Ridha as. Menziarahi makam adik dari Imam Muhammad Al-Jawad. Tiga hari di Qum diisi dengan ziarah, doa, ikut shalat berjamaah, menikmati minuman dan roti khas Iran. Juga berkeliling ke toko-toko camilan, aksesoris dan buku.Â
Saya sempat ikut antrean minum teh dan roti yang disajikan Haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah. Di area haram pula sempat membeli Alquran cetakan Iran.Â
Beruntung diingatkan oleh Guru tentang keberadaan makam Syahid Murtadha Muthahhari. Langsung melangkahkan kaki ke Haram Sayyidah Ma'shumah. Mencari lokasi yang disebutkan.Â
Setelah menanyakan pada khadim dan ditunjukkan berada dekat tiang. Saya bacakan Al-Fathihah dan mengucapkan terima kasih karena buku-bukunya mencerahkan saya dan mengantarkan pada khazanah intelektual Islam yang lebih luas. Saya juga menyampaikan aktivitas harian di Indonesia pada lembaga pendidikan yang menggunakan namanya. Selanjutnya keliling pada makam ulama lainnya. Saya berkeliling hingga ketemu lagi dengan Syahid Muthahhari.
Qum merupakan kota santri. Luar biasa, sebelum tiba waktu shalat fardhu, tampak banyak warga bergerak menuju masjid jami' Haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah untuk shalat berjamaah. Warga muslimah berpakaian hitam jubah tanpa niqab. Lelaki muslim pun mayoritas berpakaian hitam. Pakaian dan warna hitam ini bisa dikatakan khas Iran. Menariknya, baik laki-laki maupun perempuan, terlihat memegang tasbih. Berjalan sambal melafalkan dzikir dengan mulut komat kamit dan gerakan jari pada tasbih. Ternyata dalam panduan keagamaan di kalangan Muslim Ahlulbait ada bacaan dzikir harian yang diambil dari asmaul husna.
Perjalanan beralih ke Mashad, nama lainnya Khorasan. Imam Ali Ar-Ridha as dikebumikan. Juga ulama Thabarsi, Syaikh Bahai, dan lainnya. Haram Imam Ridha as luas. Mungkin bisa berjam jam untuk dapat mengelilinginya.
Sama seperti haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah, di haram Imam Ridha as terdapat madrasah dan majelis Alquran, majelis ilmu bersama para ulama, shalat fardhu berjamaah, museum Alquran dan peninggalan yang terkait dengan karpet dan dokumentasi perkembangan haram, perpustakaan, dan restoran Imam Ridha. Alhamdulillah, kami sempat dijamu makan malam dan makan siang di haram Imam Ali Ridha as.
Saat berkeliling di haram, jangan khawatir kehausan meski cuaca terik panas menyengat kulit. Area haram menyediakan air minum dingin dan segar pada tiap ruang terbuka. Orang-orang bebas ambil minum dengan gelas plastik yang tersedia. Jangan kaget pula kalau tampak orang-orang pada setiap sudut membaca Alquran, membaca doa, dan sering terlihat ibu-ibu menangis dengan pandangan menatap kubah emas makam Imam Ali Ridha as.
Masih di area haram, kami melihat madrasah tempat para santri mengikuti pengajian. Di area bawah tanah terlihat ulama sedang diskusi dengan santri yang mengelilinginya. Area lainnya ada orang-orang duduk khusyuk menyimak pembacaan Alquran dan ruang lainnya lebih banyak yang pegang buku sambil melafalkan doa.Â
Sempat terlihat burung-burung merpati dan puter berada di area haram. Terbang sana sini dan hinggap pada bangunan yang teduh. Meski banyak burung tapi jalanan bersih dan tidak tampak kotoran. Tentu karena banyak petugas kebersihan dan khadim di haram yang membantu mengarahkan jamaah yang hadir di haram Imam Ali Ridha as.Â
Sama seperti di haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah, haram Imam Ali Ridha as pun memiliki daya tarik seperti magnet. Menjelang waktu shalat fardhu, warga berduyun duyun masuk area haram Imam Ridha as untuk shalat berjamaah. Sambil menunggu adzan, jamaah biasanya menyimak pembacaan Alquran, ceramah singkat dari ulama, dan lantunan doa-doa.Â
Mungkin karena di haram (yang bermakna area suci) maka toilet dan tempat wudhu terpisah. Untuk tempat wudhu bisa didapatkan tiap ruang terbuka di haram Sayyidah Fathimah Ma'shumah dan haram Imam Ali Ridha as. Sedangkan untuk toilet berada di luar kompleks haram. Dapat dipahami karena haram area suci untuk ibadah, sehingga yang terkait dengan najis dan hadas harus di luar area haram. Â (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H