Dari makam Imam Khumaini bergerak menuju makam ibunda Imam Ali Zainal Abidin yang juga istri Al-Husain, yakni Sahar Banu, putri seorang raja Persia. Berlokasi cukup jauh dari Teheran. Berlokasi di pegunungan batu. Kering dan panas. Tangga untuk naik pun jauh dan menanjak. Di area makam, orang-orang berjubel. Bergantian memasuki area dinding besi. Ada yang shalat. Ada yang memegang jeruji besi dan menciumnya. Ada yang mengangkat tangan dengan melafalkan doa-doa. Suasana penuh haru di area makam. Sama dengan di Indonesia, area makam para wali senantiasa ada uang berhamburan, juga pada makam Imam Khumaini dan Sahar Banu. Hal yang sama juga tampak pada makam-makam para Imam Ahlulbait as.
Bergerak lagi ke makam ulama ternama bernama Abdul Azeem Hasani, Imam Zadeh Hamzah, Imam Zadeh Tahir, dan lainnya. Semuanya satu kompleks. Karena hari itu Jumat, tadinya sempat akan ikut menyimak khutbah dan shalat jumat. Satu di antara kawan perjalanan mengingatkan untuk tidak ikut serta karena waktunya lebih dari dua jam. Lagian posisi kami sedang safar sehingga tak ada kewajiban ikut shalat jumat dan shalat harian pun qashar.
Perjalanan berikutnya ke Masjid Jamkaran. Konon, masjid ini dibangun atas perintah Imam Zaman (Al-Mahdi Al-Muntazhar). Arsitektur khas Iran: bangunan tinggi, area lapang terbuka luas, aneka ruangan untuk aktivitas tersedia, dan ornamen cantik dengan warna biru putih dan garis kuning emas. Tiap kali lihat bangunan indah di Iran, saya terpesona dengan keindahan karya seni khas Persia. Di Jamkaran ini kami shalat tahiyatul masjid. Membaca tasbih dan doa.
Karena bertepatan dengan HUT RI, maka di luar masjid Jamkaran bersama rombongan kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh syahdu. Â (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H