Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kejadian yang Berulang dalam Memelihara Burung Kicau

9 Februari 2022   12:25 Diperbarui: 9 Februari 2022   12:40 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin berbagi lagi tentang memelihara burung kicau. Mungkin sudah lumrah bahwa orang akan empati saat ada kehilangan. Namun, tatkala hilangnya lebih dari dua kali maka akan tertawa. 

Saya bercerita pada seseorang tentang lepas burung dari sangkar. Burung yang diidamkan dan sudah mulai bunyi. Lepas di pagi hari saat ganti pakan dan air. Pintu sangkar tak tertutup rapat, ternyata burung menerobos bagian yang terbuka. Burung yang kabur itu kemade bunga api. 

Kejadian yang sama dialami saat punya burung mugimaki. Kurang dari satu minggu, burung itu saya pelihara dan sudah berkicau. Tentu saya senang karena tidak mesti menunggu berbulan bulan untuk sampai bunyi. 

Lepas lagi dengan kesalahan yang sama, pintu sangkar tidak rapat, sehingga menerobos. Kejadian tersebut disampaikan lagi pada orang yang sama. Langsung tertawa, tetapi masih ada upaya penenang dengan kata-kata agar membeli lagi karena kategori murah harganya.

Kejadian ketiga, yakni burung blue robin yang biasa disebut anis bintang atau anis manila. Burung ini baru satu minggu saya pelihara. Karena masih trotol alias muda, maka ada peluang untuk diisi dengan suara burung lainnya. 

Saya dekatkan dengan burung lain yang gacor, yang suaranya dari burung tetangga. Tujuannya agar meniru suara burung tersebut. Setiap pagi diembunkan, dimandikan, diberi pakan cacing dan ulat hongkong kemudian voer. 

Alhamdulillah kurang dari seminggu burung tersebut sudah makan voer. Sudah mulai keluar bunyi, tetapi masih lemah dan belum nyaring. 

Pada satu pagi ba'da shalat subuh, setelah diembunkan kemudian membersihkan kotoran dari sangkarnya. Terulang lagi, saat tangan mengeluarkan kotoran, dengan cepat sang burung blue robin ini bergerak keluar. Saya ceritakan pada orang yang sama. Dan langsung tertawa. 

Belum beruntung?  Tidak! Saya kira yang beruntung itu sang burung karena menjadi bebas dari cengkraman manusia. Burung itu bebas lepas dan menikmati kebebasannya. 

Memang ada perasaan yang cukup pahit, yakni mengeluarkan uang untuk membeli burung tersebut kemudian burungnya lepas dengan kesalahan tiga kali yang sama. Intinya bahwa perlu waspada dan hati-hati dalam memelihara burung. Selain karena aspek biaya, waktu, dan kotoran yang bau. Ini yang harus diingat bahwa jangan sampai terulang kejadian yang sama dan membuat sang pemelihara handeueul. 

Masih berbagi tentang burung. Kalau minat dengan burung kicau, ada baiknya pelajari dahulu burung yang akan dipelihara. Karena kalau sudah lihat burung-burung di pasar burung dan kios burung pasti banyak pilihan. 

Pelajari dari google tentang burung yang diminati. Pelajari pakan, suara, dan kebiasan burung tersebut kemudian sangkar pun harus disesuaikan dengan ukuran burung. Jangan sampai kita punya sangkar untuk burung kecil malah beli burung yang besar. 

Kasihan saat berada disangkarnya kekecilan tidak bebas gerak. Selanjutnya lakukan tahapan perawatan dengan sebaik-baiknya karena burung tersebut makhluk Tuhan yang berada dalam peliharaan kita. Kalau di alam, justru berada dalam peliharaan alam. Itu saja. Hatur nuhun! *** (ahmadsahidin)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun