burung kicau. Ada pelajaran yang berharga dari memelihara burung kicau. Sekarang saya ingin bercerita. Sekira awal pandemi Covid19, saya diberi sangkar nomor dua oleh seorang teman istri.Â
Masih tentangPasalnya saya ngobrol bahwa mau memelihara burung kicau. Supaya menjadi "kawan" saat berjemur dan baca buku. Maklum aktivitas full di rumah. Lantas saya bersama istri pergi ke kios burung. Saya lihat ada banyak burung kicau seperti kenari, anis, murai, poksay, jalak, pleci, kutilang, perkutut dan lainnya. Saya cek burung kutilang.Â
Dalam sangkar, satu-satunya. Pegawai kios burung bilang burung kutilang yang satu itu jantan, muda dan mulai bersuara. Harganya luarbiasa sekira 50.000.Â
Saya beli saja, termasuk makanannya.Tiba di rumah, kutilang dimasukkan sangkar. Saat masuk dan dilihat burungnya giras, grabagan alias tidak jinak. Kutilang itu nubruk jeruji sangkar. Saya gantung dan menjauh, kutilang terdiam. Saya dekati grabagan lagi.
Saya buka internet cari informasi tentang kutilang. Ternyata kutilang satu di antara burung yang tidak mudah untuk dijinakkan. Menurut para master bahwa burung giras bisa jinak sekira tiga bulan.Â
Saya ikuti tahapan untuk jinakkan dan agar cepat bersuara: diembunkan subuh, mandi pagi, jemur, dan gantung tempat sejuk. Tahapan dijalani sampai tiga bulan. Memang muncul bunyi burung. Tapi hanya pagi dan sore. Itu pun hanya sesekali.Â
Kemudian saat dicocokkan dengan suara burung kutilang yang ada di YouTube, ternyata kutilang yang saya pelihara berjenis betina. Dari peristiwa ini ada pelajaran bahwa harus punya pengetahuan terkait dengan sesuatu yang kita inginkan.
Memasuki bulan keempat karena belum gacor alias tidak sering bunyi maka burung kutilang itu lepaskan. Sekira satu pekan setelah dilepas, terdengar suara kutilang di genteng rumah.
Saya cek ternyata kutilang yang dilepas bersama kutilang yang dari body lebih besar dan gagah serta bunyinya indah. Saya lihat keduanya kemudian berkata: "pergi sana supaya cepat beranak pinak." Sepasang kutilang itu lantas terbang.
Sejak kutilang dilepas, kakak ipar memberi saya burung lovebird. Setiap pagi, siang, sore, malam, dan subuh terus saja bunyi. Sampai ada anggota keluarga saya di rumah merasa terganggu. Saya pindahkan tempat lovebird di atas dekat kamar. Jadi, suaranya tidak ganggu yang berada di lantai bawah.
Ketertarikan pada burung makin muncul saat main ke pasar burung Sukahaji Bandung. Lantas saya coba beli lagi burung, tetapi burung-burung kecil. Di antara yang pernah saya punya yaitu kemade, colibri sogon, anis biru (selendang biru), sirtu gunung, opior, dan erow binbin. Semua burung tersebut ada yang mati dan ada yang saya lepas dengan alasan terlalu lama menunggu bunyi.