Makin banyak burung maka penuh dengan suara tasbih. Tadinya ingin punya burung kicau selain yang sudah dimiliki. Karena biaya beli burung dan kurung (sangkar) yang mahal maka niat untuk menambah burung kicau dihentikan. Saya coba fokus pelihara lovebird dan kutilang.
Love bird yang saya miliki tadinya dua. Kini tambah satu. Ada yang datang kemudian saya tangkap. Disatukan pada satu sangkar malah berantem. Sehingga dengan terpaksa beli sangkar untuk lovebird baru.Â
Sekira empat hari setelah ada love bird baru, sang jantan dihantam oleh betina yang berpostur besar. Betina tidak suka dengan jantannya.Â
Karena kasihan maka cari sangkar bekas dan di Facebook ada yang jual dengan kondisi tidak bagus. Saya beli dan sang jantan menempati kurung baru. Jadi, kini burung peliharaan saya terdiri tiga lovebird dan satu kutilang. Setiap pagi dan sore saya nikmati kicauannya meski satu orang anggota keluarga di rumah saya merasa terganggu dengan kicauan burung.
Kalau memantau di facebook dan instagram kini burung kicau menjadi lahan bisnis. Karena itu, burung-burung kicau diternak hingga beranak dan kemudian dijual. Bahkan kini ada lomba-lomba adu merdu dan durasi kicau burung.Â
Saya belum tertarik untuk ternak dan bisnis burung. Tempat dan waktu masih terbatas. Masih bertahan pada posisi pemelihara dan penikmat suara kicau. Tentu  sambil belajar tentang burung dan menikmati tasbih makhluk kepada Sang Khaliq. *** (ahmadsahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H