Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Membaca Buku Meraih Kebahagiaan

8 Agustus 2021   14:59 Diperbarui: 8 Agustus 2021   15:24 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin selesai baca buku Allahyarham Jalaluddin Rakhmat, Meraih Kebahagiaan. Hanya selesai baca saja. Buku ini tebalnya 203 halaman. Tipis tapi berisi dan informatif.Saya khatam buku ini tiga kali. Kesatu dan kedua tidak saya ikat hasil bacanya. Sekarang khatam ketiga saya ikat dalam bentuk (sekadar) ulasan. Biar menjadi jejak bahwa buku Allahyarham sangat penting untuk dibaca oleh mereka yang punya minat untuk menjadi orang yang bahagia.

Dari substansi, buku "Meraih Kebahagiaan" ini sangat relevan dengan kondisi pandemi yang membikin stress para pekerja swasta, orang-orang dengan ekonomi kecil, orangtua dan para guru, bahkan selebritis. Mereka perlu baca buku "Meraih Kebahagiaan" ini untuk mengetahui kondisi dirinya secara kejiwaan dan mengukur kebahagiaan.

Dalam buku ini ada bagian yang menjelaskan bentuk stress dan solusi dari keadaan stress, sukses tidak selalu berbuah bahagia, dan kekayaan tidak selalu berujung bahagia.

Dengan apik dan sistematis paparan kebahagiaan, kesenangan, kesuksesan, dan perbedaan ketiganya diuraikan dengan kalimat yang mudah dicerna. Ada kisah yang membuat pembaca makin paham akan penjelasan dari setiap kupasannya. Ada cuplikan dipinggir lembaran buku sehingga memudahkan pembaca mengikat pesan dari buku ini.

Yang membuat saya suka dengan buku ini adalah ada penjelasan sekaligus menyajikan sumber teks dari agama-agama besar dunia yang menerangkan pentingnya hidup bahagia. Karena itu, tujuan agama di dunia ini untuk membuat pemeluknya bahagia lahir batin dan selamat di akhirat.

Penulisnya pun memuat teks dari kitab suci Agama Islam, Yahudi, Kristen, Budha, dan narasi dari filsafat aliran hedonisme, utilitarianisme dan pandangan filsuf Aristoteles.

Semua yang dikutip dalam buku ini, baik dari agama maupun pandangan filsuf,  menunjukkan kebahagiaan lebih utama dari kesenangan dan tidak diukur dengan standar materi.

Selain dari disiplin ilmu filsafat dan agama, disiplin psikologi cukup dominan. Dari buku ini tampak penulisnya piawai dalam ilmu psikologi.

Buku ini terbit tahun 2004, dua kali cetak bulan September dan Oktober. Isi bukunya tiga bagian, yang seluruhnya mengcakup tujuh bab. Bagian satu berisi "bahagia adalah pilihan" meliputi supaya kalian bahagia, tujuan hidup adalah kebahagiaan, bahagiakan dirimu supaya kamu jadi orang baik. 

Bagian dua yakni "tentang kebahagiaan" dengan pembahasan: apakah kebahagiaan itu? Mengukur kebahagiaan. Ini pandangan psikologi secara teoritis maupun praktis. Kemudian bagian tiga adalah "jebakan-jebakan kebahagiaan" dengan uraian meliputi: sukses yang beracun, kebahagiaan bukan pada kekayaan, dan bersenang-senang untuk menderita.

Seluruh uraian pada bagian demi bagian buku ini, disisipi kisah yang relevan dan penulisnya memberikan makna. Ini memudahkan pembaca yang bukan berlatar belakang psikologi bisa mencerna sekaligus memahaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun