Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Kang Jalal

26 Maret 2021   19:47 Diperbarui: 31 Maret 2021   09:00 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin berbagi. Tentang mimpi yang dialami hari Sabtu jelang fajar, 6 Maret 2021. Entah bagaimana saya berada pada satu tempat. Di sana banyak orang. 

Entah dari mana tampak almarhum guru berjalan menuju kepada saya. Saat tiba langsung saya pegang tangannya untuk melewati selokan yang cukup deras airnya. Setelah terlewati kemudian guru pergi. Saya cari lagi tidak ketemu. Saya terbangun karena digeuingkeun pun bojo.

Saya tidak paham tafsir mimpi. Saya kira ini hanya bunga tidur. Namun kalau ditafsirkan pasti ada makna. Akankah saya kehilangan "pegangan" setelah kepergian Sang Guru?

Dini hari 15 Februari 2021, saya terbangun dari mimpi. Mimpinya yakni saya bersama rombongan masuk gang berkelok-kelok hingga sampai pada satu tempat. Di sana banyak orang berkerumun. Orang-orang yang berbaju putih berada di sekitar tempat tersebut.

Saya tidak tahu tempat tersebut. Siang menuju senja hari 15 Februari 2021, pesan masuk via WhatsApp dari aktivis kampus UIN SGD Bandung. Isinya menanyakan informasi wafatnya Kang Jalal. 

Saya tabayun pada kawan yang dekat dengan keluarga Kang Jalal. Berita itu benar adanya. Saya langsung pamit ke istri untuk pergi ke tempat peristirahatan terakhir Kang Jalal di Sangiang Lembang Gede Rancaekek Kabupaten Bandung. Saya ikut kendaraan kawan dan istrinya, yang juga jamaah pengajian Kang Jalal. Sampai di lokasi sekira Maghrib. Kemudian shalat berjamaah dengan jamaah yang hadir.

Sesuai dengan petunjuk kawan, maka kami bergerak menuju makam istri Kang Jalal, yang empat hari sebelumnya dikebumikan. Di samping makam istrinya Kang Jalal dikebumikan. Saat ambulan datang dan jenazah yang dibungkus peti tiba, langsung saja airmata ini tumpah. Orang-orang yang berkumpul di sekitar makam pun menangis.

Prosesi shalat jenazah dilakukan. Doa dilantukan. Petugas makam dan keluarga Kang Jalal menggunakan APD hingga beres prosesi penguburan. Saya menunggu giliran untuk ikut baca doa di dekat makamnya. Saat giliran tiba, bacaan yang keluar dari lisan saya hanya shalawat saja. Diiringi airmata yang keluar tak henti. Saya ikut doa dan tahlil yang dibacakan oleh seorang Ustadz di samping makam Kang Jalal. Karena giliran untuk masuk makam kami tidak berlama-lama di dekat makam.

Kemudian kami pulang. Melewati gang yang persis seperti yang muncul pada mimpi. Duh, informasi kepergian Sang Guru telah hadir lebih awal dalam mimpi. Hanya saja saya tak bisa memahaminya.

Dulu saat hari wafat ayah saya, muncul juga mimpi. Dalam ruangan saya diam dekat orang yang tertidur ditutupi kain. Ada orang tanya. Saya jawab bahwa yang tertidur adalah ayah saya. Segera terbangun dari tidur karena ada yang ketuk pintu yang memberi tahu bahwa ayah saya wafat di rumah sakit.

Hari ini memasuki hari 40 wafatnya Kang Jalal. Saya akui kalau Kang Jalal adalah guru. Ia banyak cerahkan akal dan sirami hati saya dengan ceramah dan bacaan atas buku-bukunya. Saya juga pernah dapat bantuan dana pendidikan darinya melalui putranya. Tiba-tiba saja putranya menghubungi saya. Hatur nuhun, sangat bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun