Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa yang Didapatkan dari Sekolah?

1 Juli 2020   06:11 Diperbarui: 2 Juli 2020   14:03 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebenarnya, apa sih yang dibaca? Yakni tulisan berupa huruf dan angka. Dari yang dibaca itu kita dapat informasi dan pengetahuan. Dan masa sekarang ini membaca serius untuk buku-buku cetak sudah amat jarang saya lihat di masyarakat. 

Mungkin bisa survey ke perpustakaan daerah dan nasional. Jumlah setiap harinya masih puluhan yang datang. Dari puluhan itu yang membaca dan meminjam buku untuk dibaca, mungkin lebih sedikit lagi. Itu pun hanya mahasiswa dan pelajar yang ke perpustakaan ketika ada tugas. Di luar itu, pasti amat jarang meluangkan waktu untuk membaca buku.

Ya, tradisi membaca belum menjadi kebutuhan. Masih dianggap beban dan dianggap tidak bermanfaat. Atau hanya membuang-buang waktu saja. 

Sebetulnya saat buka medsos pun pasti baca. Hanya bukan yang terkait dengan keilmuan (kecuali untuk pelajar dan mahasiswa). Umumnya baca berita dan tulisan pendek, yang kadang kurang bergizi saat dibaca. Bahkan, yang amat jarang dilakukan adalah membaca buku atau menikmati bacaan yang bergizi untuk nutrisi otak. Membaca status media sosial mungkin hampir setiap hari saat buka media sosial pasti dibaca yang diposting orang lain. Meski sekilas.

Nah, bagaimana dengan baca buku? Ini persoalan berat bagi masyarakat Indonesia. Juga di sekolah. Membaca dianggap beban oleh murid-murid generasi milenial dan generasi "z". Di antara para pengajar pun sering saya temukan enggan membaca buku atau jurnal mengenai keilmuan yang diajarkannya. Cukup buku paket dari Kemendikbud. Sumber informasi dari Google hanya sesekali dilihat kalau sedang terdesak mencari yang tidak diketahui. Itu pun sesekali.

Jika saya perhatikan, sekarang ini pendidikan melalui online sekira 60-80 persen berbasis membaca dan menyimak. Kalau murid sejak awal tidak dibiasakan membaca maka akan repot saat diberi tugas yang harus diawali membaca dulu. Repot juga saat harus menyimak tayangan (vidio atau slide) pelajaran kalau tak biasa dalam literasi. 

Jadi, yang harus terus digencarkan adalah gerakan membaca buku kemudian memahami yang dibaca. Selanjutnya mengkomunikasikan hasil yang didapatkan dari sumber pengetahuan yang dibaca. Syukur kalau kemudian dari aktivitas membaca tersebut muncul gagasan yang melahirkan kreativitas dan penemuan bidang teknologi atau bidang kesehatan yang bermanfaat untuk orang banyak.

Saya kira benar bahwa iqro sebagai wahyu pertama bagi umat Islam. Karena dengan iqro berarti menghimpun pengetahuan, berarti menyimpan pada memori otak, berarti mengetahui mana yang benar dan baik. Dengan iqro manusia akan jauh lebih baik dari yang tidak iqro dari sisi kemanusiaan. Dengan melakukan iqro akan terus berupaya menyempurna dan terus melakukan perbaikan diri, perbaikan kinerja, dan meningkatkan kemampuan diri. Itu pun bagi yang sadar.

Alhamdulillah di tengah pandemi ini saya coba kembali membiasakan untuk iqro. Dalam satu pekan saya paksakan untuk baca buku minimal satu judul. Buku yang dibaca tentu yang menarik minat secara personal. Buku yang ada di rak buku yang dibeli sejak kuliah. Karena banyak yang belum terbaca. Dan itu menjadi tanggung jawab personal agar tidak sekadar pajangan, maka dibaca saja bukunya.

Saya baca buku sekira dua sampai empat hari sampai tuntas untuk buku dengan jumlah halaman di atas dua ratus. Kemudian selesai membaca, saya renungkan: pengetahuan apa saja yang saya dapatkan dari buku tersebut. Setelah itu saya tuliskan dengan kalimat dan kata-kata sendiri mengenai pengetahuan yang saya ketahui dari buku yang sudah dibaca. Selanjutnya saya posting pada media sosial (online). Saya bagikan yang saya dapatkan dari buku yang dibaca agar orang yang membaca tulisan di medsos pun mengetahui dan semoga tertarik untuk mengkaji lebih lanjut. 

Manfaatkah yang saya lakukan tersebut? Bagaimana menurut Anda? Terima kasih sudah membaca tulisan ini. *** (ahmad sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun