Bukan hanya di kota besar yang akses internet mudah untuk mereka yang punya uang lebih dari cukup, tapi di daerah pun pembelajaran dengan online. Pasti akan ada masalah bagi murid di luar kota besar dan dari kalangan miskin, terutama urusan kuota. Termasuk gurunya pun pasti ada persoalan dengan kuota.Â
Ya, untuk guru honorer ada masalah dan mesti cepat dibantu agar berjalan dengan baik dan lancar pembelajaran online ini. Sekolah negeri mungkin gurunya sudah cukup dari biaya karena sebagian besas PNS dengan penghasilan di atas guru honorer di swasta. Sedangkan honorer di sekolah swasta harus dibantu juga. Andalkan yayasan, pasti sama punya problematika. Ah, rumit bin pusing.
Untuk murid-murid yang di pedesaan dan daerah pedalaman, patut diacungi jempol karena pemerintah membuat siaran pendidikan pada televisi. Sampaikah materi pelajaran dengan baik dan berjalankah pembelajaran mandiri anaknya? Adakah mereka punya televisi? Ini belum ada risetÂ
Tampaknya Mas Menteri Nadiem pun tidak bisa tidur nyenyak dengan wabah Covid19 yang melanda negeri ini. Ada wacana dari Mas Menteri bahwa guru dan murid serta orangtua harus siap dengan kondisi social distancing ini sampai akhir tahun. Tentu ini memeras otak untuk cari cara dan bentuk pembelajaran mandiri dan online yang tak membuat murid bosan.
Lantas, mau apa lagi anak-anak Indonesia kalau tak melibatkan diri dalam aktivitas belajar dan pendidikan. Tidak ada pilihan selain menjalaninya. Saat status murid atau guru melekat maka situasi social distancing harus dijalani dengan pendidikan online.Â
Tentu dalam pendapatan ekonomi pun guru harus menelan rasa pahit, bagi yang masih status guru honorer. Apalagi kini di bulan suci Ramadhan, mesti berhemat dan menyisihkan dana untuk urusan kuota agar pembelajaran berjalan lancar. Memang ada informasi bahwa bisa gunakan dana Bantuan Operasional Sekolah, tetapi menunggu cairnya lama dan tidak bisa segera diterima para guru. Â Â
Saya lanjutkan tulisannya. Baru saja saya nonton berita YouTube. Ada anak TK yang cantik. Ia meminta orangtuanya untuk diantar ke sekolah. Malam hari ke sekolah diantar orangtua dan tiba di gerbang, ia menangis.Â
Ia berharap besoknya bisa kembali sekolah seperti biasa. Ia rindu dengan suasana sekolah. Ia rindu dengan teman dan gurunya. Kedekatan pertemanan dan sapaan guru serta aktivitas harian yang dijalani di sekolah membuatnya rindu ingin kembali pada suasana sekolah.
 Hanya tangisan yang bisa dilakukan sang anak. Harus diakui bahwa sentuhan emosi dalam pendidikan dan suasana belajar yang hangat di sekolah tidak dapat tergantikan dengan online.
Ya Ilahi, beri kami kemampuan untuk memutus rantai wabah ini. Ya Ilahi, beri kami rezeki dan ketabahan serta kemampuan ikhtiar untuk lepas dari persoalan mendunia ini. Ya Ilahi, beri kemampuan pada kami agar cepat menuntaskan wabah Covid19 di negeri ini. Beri kami rezeki halal, baik, dan barokah yang menyehatkan jiwa raga kami dan keluarga.
Allahumma Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Aamiin Ya Robbal 'alamiin. *** (ahmad sahidin)