Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ulasan Buku "Menyongsong Juru Selamat Akhir Zaman"

2 Mei 2020   11:47 Diperbarui: 2 Mei 2020   11:53 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keragaman memahami Al-Mahdi menjadi tanda bahwa manusia tidak memiliki kepastian. Yang pasti dan menentukan hanya Tuhan, yang juga menetapkan kapan bangkitnya Al-Mahdi di muka bumi ini.

Saya rasa kajian Al-Mahdi dapat dikatakan bagian dari kontinuitas historis. Tuhan ciptakan semesta, termasuk manusia kemudian petunjuk untuk hidup diberikan melalui perantara-Nya, yaitu Nabi dan Rasul, dengan wahyu yang disampaikan dari generasi ke generasi sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

Sesuai dengan teks agama, Nabi dan Rasul berakhir oleh hadirnya sosok Muhammad Rasulullah saw. Sementara kehidupan manusia dan makhluk lainnya di semesta alam ini belum berakhir karena belum tiba Hari Akhir. Meski tanpa Nabi dan Rasul, ajaran agama Islam belum kedaluarsa karena fungsinya berlaku sampai tiba Kiamat. 

Tentu saja akan ada penyimpangan dalam perjalanan ajaran agama pascawafat Rasulullah saw. Karena itu, muncul para Imam yang ditetapkan sebagai penjaga dan pemilihara ajaran agama dari penyimpangan. 

Mereka ini dalam keyakinan Syiah Imamiyah berjumlah Duabelas dari keluarga Rasulullah saw. Mereka ini suci sehingga doa, ucapan, dan perilakunya untuk diteladani dan dipatuhi sebagaimana kepada Rasulullah Saw. Sekarang ini diyakini masa Imam keduabelas, Al-Mahdi, yang ditunggu karena gaib dari pandangan lahiriah manusia.

Yang menarik, dalam kronologi perjalanan kehidupan manusia dari awal sampai kelak masa akhir kehidupan bahwa model pemahaman yang diajarkan agama bersifat dialektis: iman vs kafir, nabi vs iblis, manusia vs setan, tauhid vs musyrik, bahagia vs sengsara, benar vs salah, haq vs batil, surga vs neraka, soleh vs salah, dan lainnya. 

Ini perlu dikaji, mengapa narasi agama dibentuk dalam kategori dialektis? Mengapa dalam beragama mesti diperhadapkan dengan sisi yang bertentangan? Bahkan seluruh umat manusia yang beragama dimasukkan dalam arena lomba untuk memperbanyak kebaikan. Di sisi lain setan dan golongannya berlomba untuk menggagalkan upaya kaum beragama tersebut. Ini belum saya pahami. Terima kasih sudah berkenan membaca. Mohon doanya untuk saya dan keluarga serta manusia di mana pun berada. *** (ahmad sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun