Sekarang saya tuliskan dahulu yang masih menempel dibenak. Yakni buku dengan tebal 302 halaman, yang berjudul "Syajarah Al-Kawn" karya Ibnu Arabi. Buku ini diterjemahkan oleh Zainul Maarif, seorang intelektual Nahdlatul Ulama (NU).
Pada awal tahun 2020, saya sempat cari buku Syajaratul Kawn. Saya dapat ulasannya di internet. Saya mengira isinya tentang Sirah Nabawiyah, yaitu aspek lahiriah.
Pekan kemarin main ke toko buku di jalan Buah Batu Bandung dan saya temukan buku tersebut tergeletak di antara buku lainnya yang bertemakan Islam. Saya lihat sampul depan dan belakang, saya baca dan akhirnya saya beli buku tersebut. Cukup mahal sekira 70.000. Kemudian buku itu dibaca perlahan-lahan. Maklum termasuk kategori buku "teuas" untuk dicerna oleh pikiran dan hati saya.
Buku "Syajarah Al-Kawn" ini susah dipahami kalau satu kali baca. Meski penerjemahnya berupaya maksimal untuk beri footenote pada setiap kata dan kutipan Ibnu Arabi dalam uraian buku tersebut, tetap saja sulit dicerna.
Isi buku dimulai dengan biografi dan sosial kultural yang melingkupi kehidupan Ibnu Arabi. Selanjutnya pembahasan buku dibuka dengan kajian syajarah dan alkawn dalam Alquran. Syajarah menurut Ibnu Arabi dihubungkan dengan penciptaan makhluk dan alkawn dimaknai eksistensi atau mengada. Ibnu Arabi menyatakan semua kehidupan dimulai dari kata "kawn" atau "kun fayakun" oleh Allah Ta'ala. Kemudian tercipta alam, malaikat dan jin, binatang, manusia dan lainnya.
Tidak hanya tentang pohon, yang merupakan simbol pertumbuhan alam semesta, juga Nabi Muhammad Saw sebagai nur yang paling awal. Dari nur Muhammad itu semua makhluk tercipta dan makhluk yang awal dicipta ini dilahirkan ke bumi abad enam Masehi sebagai nabi akhir zaman. Bagian ini dikaji dalam bab "nur muhammad" dan bersambung dengan uraian isra miraj dalam penafsiran sufistik.
Sekilas sama saja tentang isra miraj dari penceramah agama menyajikan narasi dari riwayat (hadis) terutama perjalanan langit demi langit yang ditempuh Nabi. Hanya saja ada yang menarik dikaji tentang sidratul muntaha dan arasy serta pertemuan dengan Allah, adalah momentum istimewa yang tidak diraih oleh Nabi manapun. Bahkan malaikat yang mendampingi Nabi Muhammad saw pun tidak dapat menembus maqam terakhir yang ditempuh oleh Nabi.
Terkait dengan alkawn, dikisahkan Adam as bertobat atas godaan Iblis. Tobatnya dengan menyeru (tawasul) kepada Nabi Muhammad saw. Mengapa Adam as tawasul dengan nama Rasul Allah? Dijawab bahwa Adam as melihat tulisan nama Allah bersanding dengan nama Muhammad saw. Menurut Adam as, tidak mungkin Allah menyertakan nama Nabi Muhammad saw kalau bukan manusia istimewa dan sempurna. Pastinya bukan sembarang manusia. Karena itu, nama Nabi akhir zaman itu disebut dalam doa tobatnya sehingga Allah mengabulkannya.
Sedikit infomasi bahwa uraian tentang pohon penuh berkah, nur muhammad dan isra miraj ini sulit dicerna kalau belum terbiasa dengan khazanah ilmu tasawuf dan filsafat. Tidak percaya, silakan beli bukunya dan baca. Jika mudah dipahami, beri saya pencerahan.
Saya kira Pak Zainul Maarif dalam buku ini sangat baik mencantumkan teks "Syajarah Alkawn" hasil suntingan dari beberapa naskah yang ditelusurinya. Alhamdulillah teks Arab pun bisa dinikmati pada buku tersebut pada halaman akhir. Lumayan teksnya sukar dipahami kalau tidak baca dahulu terjemahnya.
Demikian saja ulasannya. Maaf tidak mendalam. Maklum saya masih belajar dan terus berupaya untuk memahami setiap buku yang dibaca. Saya merasa baru memasuki maqam baca, belum sampai pada maqam memahami. Ditunggu ulasan dari kawan yang ahli. Hatur nuhun. *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H