Buku "Afala Taqilun: Tidakkah Kamu Berpikir" ini saya lanjutkan ulasannya. Setelah terhenti karena ada aktivitas lain dan kini tuntas membacanya.
Saya menduga seseorang yang tidak terpelajar atau yang fanatik pasti terbakar "emosi" saat membaca kritik dari Syaikh Tijani dalam membahas sahabat, sosok khulafa rasyidun, hadis sahabat sebagai bintang, hadis larangan hujat kepada sahabat Nabi, tsaqalain, dan shalawat.Â
Apalagi kalau membaca bagian Al-Mahdi Al-Muntazhar makin membuka pengetahuan yang lebih luas, bahkan dapat meragukan yang selama ini telah diyakininya. Coba saja bukunya dibaca untuk membuktikan pernyataan saya. Ya, buku Afala Taqilun: Tidakkah Kamu Berpikir yang diterbitkan Nuansa Cendekia tahun 2020.
Ada bagian yang menarik lagi dari buku Afala Taqilun: Tidakkah Kamu Berpikir. Kisah Syaikh Tijani di Detroit, Amerika Serikat, bertemu seseorang dengan pakaian mirip ulama Syiah, yang mengaku bernama Syaikh Al-Karrar. Dalam obrolan terkait buku "Tsumma Ihtadaitu" yang diakui Syaikh Tijani selaku penulis merupakan hasil riset tiga tahun hingga membenarkan mazhab Ahlulbait.Â
Syaikh Al-Karrar menyangkal kebenaran dari dalil-dalil hadis/riwayat yang digunakan dalam buku tersebut. Sampai akhirnya, Syaikh Tijani dalam dialog dengan orang tersebut memilih menggunakan akal. Sayang tidak dikisahkan lanjutan dari pertemuan dengan orang yang menyanggahnya itu. Syaikh Tijani sempat ragu dengan pilihan mazhabnya dan mencoba meneguhkan keyakinan dengan cara membangun dialog imajiner dengan Allah, yaitu momen hari penghisaban.
Pada halaman 246-259, Syaikh Tijani dalam dialog imajiner menyebutkan dirinya mengikuti ajaran Ahlulbait dalam beragama dan menjalankan kehidupan sesuai dengan petunjuk dari Ahlulbait yang sampai kepadanya dan yang ditelitinya. Terkait bagian ini, perlu saya cantumkan untaian kalimat penyesalan dari Syaikh Tijani:
Andai dulu kuambil jalan bersama Rasul
Andai dulu aku tak berteman dengan fulan
Yang telah menyesatkanku dari Adz-Dzikr
Saat datang padaku dan setan tak menolong manusia
Di akhir buku, Syaikh Tijani pernah mencari sosok Al-Karrar untuk diajak dialog tentang keyakinannya terkait dengan Ahlulbait. Namun tidak ditemukan saat dicari. Seorang kawan Tijani dari Irak yang bermukim di Amerika mengatakan bahwa Al-Karrar adalah jelmaan setan yang coba meragukan kebenaran yang diyakini Syaikh Tijani. Benarkah?
Menarik kalau memang benar Al-Karrar jelmaan setan yang coba gelincir seorang pengikut Ahlulbait. Berarti level Syaikh Tijani masuk tingkatan di atas kaum awam, sehingga setan turun tangan untuk menyisipkan keraguan tentang akidahnya. Dan memang seorang Muslim yang kuat dalam akidah yang benar akan dapat ujian yang lebih kuat lagi dari setan untuk menggoyahkannya.Â
Syaikh Tijani seorang peniliti yang tidak mudah percaya begitu saja sehingga dikajinya kembali dan direnungkan semua argumen dari sosok Al-Karrar tersebut.
Nah, hanya itu yang dapat disajikan dari hasil membaca selama tiga hari. Dibaca ngebut, tetapi berurutan dari halaman awal sampai akhir. Semoga saja ada manfaatnya.
Saya pikir sayang kalau buku yang dimiliki (karena membeli atau hadiah) jika tak dibaca. Biar tak kena hisab kelak atas barang (buku) yang dimiliki, maka harus dipaksakan dibaca. Insya Allah dilanjutkan dengan membaca buku lainnya. *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H