Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membaca Buku Filsafat Sejarah Versi Sartono Kartodirdjo

28 Desember 2018   20:12 Diperbarui: 29 Desember 2018   00:26 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya kira bagian messianistik ini menarik dan menjadi khas, karena Sartono berhasil menyajikan data sejarah perlawanan tokoh dan gerakan melawan penjajah asing di Indonesia didasarkan pada semangat messianistik. Sebagai contoh tentang perang Diponegoro ternyata ada spirit Ratu Adil yang dipengaruhi agama Islam. Kemudian, yang menarik lagi bahwa mitos dan gagasan eskatologis, menurut Sartono, bagian dari gagasan-gagasan filsafat sejarah.

Saya kira messianistik, mitos maupun eskatologis sejarah, bisa disebut sebagai pemikiran sejarah yang khas dari pemikiran Sartono Kartodirdjo. Meski mengangkat kearifan lokal dari masyarakat Nusantara, terutama tentang periodesasi sejarah di Indonesia, tetapi unsur atau perspektif agama Kristen dalam menyajikan "kesadaran" sejarah dari perkembangan zaman.

Memang filsafat sejarah dunia Timur disebutkan dalam buku. Namun sayangnya, pemikiran filsafat sejarah untuk bagian Timur tidak luas seperti uraian tentang Barat. Padahal dalam pemetaan Hegel dalam buku Filsafat Sejarah-nya bahwa Timur itu meliputi dunia Islam, Cina, Jepang, dan lainnya. Mungkin belum tuntas saat menyajikan filsafat sejarah dalam buku "Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur" ini. Maklum kini Prof Sartono sudah wafat sehingga meninggalkan "jejak" pemikiran historis yang perlu dilanjutkan.

Oh, iya. Buku Prof Sartono ini tebalnya 156 halaman. Saya sudah dua kali khatam, tetapi bisa dikatakan bacaan "teuas" alias susah dicernanya. Jadi, mesti berulang-ulang membacanya. Namanya juga buku filsafat sejarah, tentu tidak seperti buku sejarah. *** (Ahmad Sahidin, alumni UIN Bandung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun