Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi dari Khotbah Rasulullah saw

3 Desember 2018   10:26 Diperbarui: 3 Desember 2018   11:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat belajar (formal) kini mengendur hanya karena melihat nominal. Buku yang dibaca pun sering tidak tuntas. Juga menulis pun malas hanya karena tak nyangkut di penerbit. Duh, kenapa ini diri? Ini yang terjadi sampai saat ini. Dan saya coba paksa diri ini untuk membaca buku "Khotbah-khotbah Terakhir Rasulullah saw". Harapannya agar dapat inspirasi prophetic dari Rasulullah saw..

Karena itu, saya coba paksakan diri ini untuk membaca buku "Khotbah-khotbah Terakhir Rasulullah Saw" karya Ali Abdullah. Diterbitkan Bunyan tahun 2015.  Tebal buku 194 halaman. Isinya tersaji dalam uraian opini hikmah atas cuplikan hadis dan potongan khutbah Rasulullah Saw. Dengan tema akhlak seperti syukur, tobat, berbagi, anjuran menikah, amanah, shalawat, ukhuwah, nasihat, dan khutbah haji wada.

Saat membeli buku ini, saya mengira berisi teks lengkap khutbah dari Rasulullah Saw dalam berbagai momentum. Sehingga saya berpikir mungkin akan bagus buku tersebut dijadikan sebagai bahan untuk ceramah Jumat atau sekadar kultum setelah shalat fardhu. Namun harapan itu sirna karena ternyata birisi opini penulis atas teks hadis dan potongan khutbah saja yang ditempel pada halaman demi halaman buku. Meski tidak sesuai harapan, saya tetap membacanya sampai setengah dari seluruh halaman buku. Tidak tuntas. Saya cukupkan saja. 

Apa yang saya dapat dari buku tersebut? Yang pasti adalah cover buku tidak selalu menunjukkan isi dari bukunya dan ketelitian dalam membeli atas buku yang sesuai dengan harapan atau keinginan mesti dilakukan saat membeli buku. Terakhir, dengan membacanya saja sudah bagian dari upaya belajar dan mengenal tokoh pembawa agama Islam. Sehingga bukan sesuatu yang mubazir. *** (ahmad sahidin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun