Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku Rethinking Pesantren, Menjawab Salah Paham

18 November 2018   04:00 Diperbarui: 18 November 2018   04:31 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku "Rethinking Pesantren" adalah karya Prof Dr Nasaruddin Umar. Seorang ulama dengan keahlian Tafsir Al-Quran, Tasawuf, dan kajian Islam kontemporer. Kini menjabat Imam Masjid Istiqlal Jakarta dan pernah menjabat Wakil Menteri Agama RI.

Saya tidak tahu pasti jumlah buku yang ditulisnya. Hanya saja disertasinya tentang Gender dalam Islam sudah dibukukan, tapi saya belum punya sehingga belum membacanya. Buku tentang pesantren ini sesuai dengan pengantarnya untuk menjawab salah paham kaum sarjana Barat dalam memandang pesantren yang dianggapnya sebagai sarang terorisme dan sumber radikalisme agama. 

Hal ini melihat teroris yang ditangkap dominan dari lulusan pesantren. Namun yang tidak dipahami oleh orang Barat bahwa di Indonesia yang dianggap sarang teroris itu tidak mewakili seluruh pesantren. Tidak dipungkiri memang ada, tetapi jumlahnya sedikit dan rata-rata berpaham salafi wahabi dengan ajaran pemurnian yang digelorakan. 

Sedangkan pesantren di Indonesia dominan mengembangkan sikap tasamuh, menyatu dengan budaya setempat, dan menerima eksistensi NKRI. Bahkan sangat berperan dalam perjuangan kemerdekaan, mengisi dan berperan aktif dalam pemerintahan, dan mengembangkan pendidikan dari tradisional sampai tingkat sarjana.

Saya dapat banyak wawasan tentang pesantren dari buku Rethinking Pesantren. Mulai dari sejarah, pengajian dan model belajar, kitab yang dipelajari, istilah santri dan pesantren, istilah kiai, tokoh ulama perempuan Aceh yang melawan penjajah, ulama Banten bernama Haji Syam'un yang membuat mata uang sendiri dan menulis kitab "Majmalus Siratil Muhammadiyah" tahun 1939 diterbitkan Pengurus Besar Al-Khairiyah, Citangkil. Kitab ini berisi biografi Nabi Muhammad saw sejak lahir sampai wafat. Sayangnya saat dicek di-google tidak ada jejaknya. 

Andai saja ada wujudnya maka kitab Majmalus Siratil Muhammadiyah ini bisa masuk literatur Sirah Nabawiyah karya yang ditulis oleh orang Indonesia. Setahu saya yang awal untuk sirah nabawiyah di Indonesia yang lengkap baru terbit tahun 1940, yang disusun oleh Wiranata Kusumah dengan judul "Riwajat Kangdjeng Nabi Moehammad saw".

Terakhir, sekadar info buku Rethinking Pesantren ini tidak tebal. Berjumlah 142 halaman dan terbit tahun 2014. Buku ini penting untuk yang ingin mengetahui jenjang pendidikan (muslimin Indonesia) dari tahapan santri sampai menjadi kiai, kurikulum pesantren, dan dinamika dalam pesantren dari sejak sebelum merdeka sampai masa sekarang. *** (Ahmad Sahidin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun